Kamis, April 30, 2009

Penyakit Hati dan Penangkalnya


Setiap manusia tentu memiliki hati. Hati inilah yang mempengaruhi tabiat dan sifat seseorang. Apabila hati ini baik, maka manusia tersebut akan memiliki sifat yang terpuji. Namun jika hati yang dimiliki seorang manusia telah penuh dengan niat jahat, dapat dipastikan bahwa tingkah laku orang tersebut tidak akan jauh dari tindakan yang merugikan orang lain. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Muhammad saw:

“Ketahuilah, sesungguhnya pada setiap jasad ada sekerat daging, apabila dia baik maka baik seluruh anggota jasad, apabila dia jelek maka jelek semua anggota jasad, ketahuilah dialah hati.” (HR. Bukhori)

Perubahan sifat yang ada dalam hati ini terjadi dengan sangat cepat. Semua itu terjadi semata karena kekuasaan yang dimilii Allah SWT. Dia-lah yang membolak-balikkan hati manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut:

“Dinamakan hati (al-qolbu) karena cepatnya berubah.”(HR. Ahmad)

“Perumpamaan hati adalah seperti sebuah bulu di tanah lapang yang diubah oleh hembusan angin dalam keadaan terbalik.” (HR. Ibnu Abi Ashim)

“Sesungguhnya hati-hati anak Adam berada di antara dua jari-jari Alloh layaknya satu hati, Dia mengubah menurut kehendak-Nya.” (HR. Muslim)

“Ya Alloh, Dzat yang membolak-balikkan hati, condongkanlah hati kami untuk selalu taat kepada-Mu.” (HR. Muslim)

Meskipun demikian, kita harus terus berupaya untuk menjaga hati kita agar tidak terkena penyakit hati, yang menyebabkab kita tersesat dari jalan yang diridhoi Allah SWT. Begitu banyak penyakit yang dapat hinggap dalam hati kita, baik kita sadari maupun tidak.

Penyakit-penyakit hati tersebut dapat diketahui dengan melihat perilaku yang ditampilkan oleh seseorang dalam kesehariannya. Perilaku yang mencerminkan rusak dan sakitnya hati seseorang diantaranya adalah:

1. Melakukan kedurhakaan dan dosa

Di antara manusia ada yang melakukan kedurhakaan terus-menerus dalam satu jenis perbuatan. Ada pula yang melakukan dalam beberapa jenis bahkan semuanya dilakukan dengan terang-terangan, padahal Rosululloh bersabda:

“Setiap umatku akan terampuni kecuali mereka yang melakukan kedurhakaan secara terang- terangan.” (HR. Bukhori)

2. Merasakan kekerasan dan kekakuan hati

Keras dan kakunya hati seseorang membuat orang itu tidak memiliki sensitifitas terhadap masalah-masalah yang menimpa saudaranya sesame muslim. Hal ini karena ia tidak akan mampu dipengaruhi oleh apapun juga, dan hanya akan bertumpu pada keinginan pribadinya.

3. Tidak tekun beribadah

Ketekunan dalam beribadah merupakan sesuatu hal yang wajib kita laksanakan. Dalam beribadah kita harus benar-benar memperhatikan dengan seksama setiap gerakan dan ucapan/bacaan serta doa. Sedangkan orang yang hatinya mulai diliputi oleh “penyakit” tidak akan mampu tekun dan memperhatikan apa yang dilakukannya dalam beriadah.

4. Malas dalam ketaatan dan ibadah

Kalaupun ia beribadah, maka ibadah tersebut hanyalah sekedar rutinitas belaka, dan “kosong”. Masuk dalam kategori ini ialah perbuatan–perbuatan yang tidak dilakukan dengan mempedulikan nilai dari perbuatan tersebut atau meremehkan waktu-waktu yang tepat untuk melakukannya. Misalnya, melakukan sholat-sholat di akhir waktu, atau menunda-nunda haji padahal sudah ada kemampuan untuk melaksanakan.

5. Perasaan gelisah dan resah karena masalah yang dihadapi

6. Tidak tersentuh kandungan ayat-ayat suci Al Qur’an

7. Lalai dalam dzikir dan doa

8. Lalai dalam amar ma’ruf nahi munkar

Bara ghiroh dalam hati telah padam, tidak menyuruh kepada yang ma’ruf, tidak pula mencegah dari yang mungkar. Pada puncaknya, dia tidak mengetahui yang ma’ruf dan tidak mengetahui yang mungkar. Segala urusan dianggap sama

9. Gila kehormatan dan popularitas

Termasuk di dalamnya, gila terhadap kedudukan ingin tampil sebagai pemimpin yang menonjol dan tidak dibarengi dengan kemampuan yang semestinya.

“Sesunguhnya kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemiminan dan hal ini akan menjadi penyesalan pada hari kiamat.” (HR. Bukhori)

10. Bakhil dan kikir atas hartanya

Allah SWT memuji orang-orang Anshor dengan firman-Nya:

"… dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. al-Hasyr [59]: 9)


Rosulullah saw bahkan bersabda :

“Tidaklah berkumpul pada hati seorang hamba selama-lamanya sifat kikir dan keimanan.” (HR. Nasai)

11. Mengakui apa-apa yang tidak dilakukannya

Padahal penyakit ini yang menjadikan binasanya umat terdahulu. Alloh berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Alloh bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. ash-Shof : 2–3)

12. Bersenang-senang diatas penderitaan umat muslim

13. Hanya pandai menilai kadar dosa yang dilakukan dan tidak melihat pada siapa dosa itu dilakukannya

14. Tidak peduli pada penderitaan sesama muslim

15. Mudah memutuskan tali silaturahmi/persaudaraan

16. Senang berbantah-bantahan yang mneyebabkan hatinya keras dan kaku

17. Sibuk dalam urusan dunia semata

18. Suka berlebih-lebihan

Penyembuhan

Perilaku tersebut diatas dapat dijadikan indikator awal akan adanya penyakit pada hati seseorang. Meskipun demikian, kita dapat menyembuhkan hati yang sakit tersebut dengan beberapa cara. Hal ini untuk mempertahankan keimanan yang ada dalam hati kita.

Rosulullah saw menggambarkan dalam salah satu sabda Beliau bahwa keimanan seorang hamba diibaratkan sebagai pakaian yang dibutuhkan untuk diperbaharui setiap saat. Beliau saw juga menggambarkan keimanan ibarat menatap bulan, terkadang bercahaya terkadang gelap, manakala bulan tersebut tertutup oleh awan maka hilanglah sinar dari rembulan tersebut, ketika gumpalan-gumpalan awan menghilang maka nampak kembali cahaya bulan tersebut.

Juga sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw :

“Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah dia mengubah dengan tangannya, jika dia tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemah iman.” (HR. Bukhari)

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan seorang muslim sebagai upaya penyembuhan penyakit hati yang dideritanya:

1. Membaca dan menyimak Al Qur’an

Allah SWT telah memastikan bahwa al-Qur’an adalah penawar dari penyakit, penerang dan cahaya bagi hamba Allah yang dikehendaki-Nya. Firman Allah SWT :

"Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman…." (QS. al-Isra’ : 82)

2. Merasakan keagungan Allah SWT

Banyak dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang mengungkap tentang keagungan Alloh. Jika seorang muslim memperhatikan nash-nash tersebut, niscaya akan bergetar hatinya dan jiwanya akan tunduk kepada Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui sebagaimana firman Allah :

"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. al-An’am: 59)

3. Mencari dan mempelajari ilmu agama

Yaitu ilmu yang bisa menghasilkan rasa takut kepada Allah SWT dan menambah nilai keimanannya. Tidak akan sama keadaan orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui.

4. Banyak berdzikir

Dengan berdzikir kepada Allah SWT keimanan bertambah, rohmat Allah datang, hati tenteram, para malaikat datang mengelilingi mereka, dosa-dosa terampuni. Rosulullah saw bersabda:

“Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, andaikata kamu tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam berdzikir, tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas tempat tidurmu dan tatkala dalam perjalanan.” (HR. Muslim)

5. Memperbanyak amal sholeh

Banyak hal yang dapat digunakan sebagai lading amal sholeh bagi kita. Sedangkan bentuk dan cara memperbanyak amal sholeh diantaranya adalah:

• Sesegera mungkin melaksanakan amal sholih

• Melaksanakan amal sholih secara terus-menerus

• Tidak gampang bosan dan capai dalam melaksanakannya

• Mengulang beberapa amal sholih yang terlupakan

• Senantiasa berharap apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT

6. Rajin melakukan ibadah

Di antara rahmat Allah SWT ialah dengan diberikan-Nya beberapa macam peribadatan, sebagiannya berbentuk fisik seperti sholat, sebagiannya berbentuk materi seperti zakat, sebagiannya berbentuk lisan seperti dzikir dan do’a. Bahkan satu jenis ibadah bisa dibagi kepada wajib, sunnah, dan anjuran. Yang wajib pun terkadang terbagi kepada beberapa bagian. Berbagai jenis ibadah ini memungkinkan untuk dijadikan sebagai penyembuh dari penyakit hati atau lemahnya keimanan.

7. Takut meninggal dalam keadaan su’us khotimah

8. Banyak mengingat mati

Rosulullah saw bersabda:

“Perbanyaklah mengingat penebas segala kelezatan, yakni kematian.” (HR. Tirmidzi)

Di antara cara yang efektif untuk mengingatkan seseorang terhadap kematian ialah dengan berziarah kubur, mengunjungi orang sakit, mengiringkan jenazah, dan lain-lain.

9. Selalu ingat akan tibanya hari akhir

10. Menelaah firman-firman Allah SWt yang terkait dengan peristiwa alam

11. Bermunajat dan pasrah kpeada Allah SWT

12. Tidak terlalu mengharap dunia

13. Banyak melakukan ibadah hati

14. Berdo’a kepada allah SWT agar dijaga keimanan kita

Semoga kita terhindar dari penyakit hati yang dapat melemahkan dan bahkan menghilangkan keimanan kita kepada Allah SWT. Dan semoga Allah SWT memberikan perlindungan kepada kita, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin………

www.syahadat.com


Presiden Palestina Tolak Akui Negara Israel

Presiden Palestina Mahmud Abbas menolak permintaan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengakui Israel sebagai sebuah negara Yahudi. "Sebuah negara Yahudi, apa kira-kira itu artinya? Anda dapat menyebut diri Anda sendiri seperti Anda suka, tapi saya tidak menerimanya dan saya katakan kepada publik," tandas Abbas saat berpidato di Ibu Kota Tepi Barat, Ramallah.

Menurut Abbas, topik tersebut telah didiskusikan panjang dan ditolak oleh Palestina selama konferensi internasional November 2007 di Annapolis, dekat Washington.

Dalam negosiasi itu, kedua pihak melakukan negosiasi perdamaian. Netanyahu mendesak Palestina untuk mengakui Israel sebagai negara Yahudi, sebagai bagian dari kesepakatan damai. Abbas menolak mengakui negara Yahudi itu karena langkah tersebut akan menghapus hak para pengungsi Palestina untuk kembali ke tanah air mereka setelah terusir saat perang Arab-Israel pada 1948, saat Israel diciptakan.

Dalam pidatonya, Abbas juga mengkritik Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman dengan mengatakan bahwa kabinet baru Israel tidak menjalankan keputusan Pemerintah Israel yang diambil di Annapolis untuk meluncurkan kembali perundingan damai dengan Palestina.

"Lieberman berada dalam sebuah kelas sendirian. Dia belum mempelajari seni berpolitik dan belum cukup mempraktikkan politik. Dia hanya seorang penasihat yang datang untuk bilang 'tidak' dan 'saya menolak'. Setiap peluang yang dia dapatkan dihadapi dengan pengulangan yang sama," papar Abbas.

Perkataan Abbas itu merujuk pada Hamas yang memerintah di Jalur Gaza dan menolak mengakui kesepakatan sebelumnya antara Palestina dan Israel.

sumber: www.alislamu.com

Game Online Lecehkan Agama

Kelompok Islam yang berpengaruh di Mesir mengecam sebuah permainan game online yang menggambarkan figur dari keyakinan para pemeluk agama saling berkelahi satu sama lain antara Muslim dan Nasrani, dan kelompok tersebut berhasil menuntut supaya game online tersebut di offline kan. Dalam permainan game 'Faith Fighter', karakter Yesus, Nabi Muhammad, Budha, Tuhan dan Dewa Hindu Ganesha saling berkelahi satu sama lain dengan latar belakang gedung yang terbakar.

Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang berbasis di Arab Saudi dan merepresentasikan negara-negera Muslim sedunia mengatakan bahwa game online yang melecahkan umat beragama tersebut harus segera di hapuskan dari internet. "Game online tersebut melecehkan dan menghina umat Muslim maupun Nasrani juga umat beragama lain..game tersebut tidak lain hanyalah berupa hasutan terhadap umat beragama," kata OKI dalam suatu pernyataannya.

Perancang game tersebut, Molleindustria, mengatakan bahwa game tersebut telah dimainkan secara online lebih dari setahun dan sudah dimainkan jutaan kali, terjadi salah pengertian terhadap game ini, namun sudah di hapus. "Game ini dimaksudkan untuk menjadi sebuah game untuk melawan ketidak toleran dan sindiran terhadap islamopobia dari kartun nabi Muhammad denmark," kata Molleindustria dalam sebuah pesan emailnya. "Jadi, jika sebuah lembaga terhormat tidak mengerti sebuah ironi dan pesan yang akan kami sampaikan, maka kami telah gagal."

Meskipun game online tersebut sudah dimainkan beberapa waktu, OKI telah merespon sebuah artikel yang di publikasikan di media online Inggris dan menyatakan permainan tersebut telah menyinggung perasaan umat beragama.

sumber: www.alislamu.com

Serangan Berulang-ulang atas Al Aqsha


Zionis Israel masih terus berupaya menyerang dan menduduki Masjid Al-Aqsha. Penyerangan dan perusakan di halaman Masjid Al-Aqsa itu dilakukan oleh pemukim Yahudi di kota Al Quds. Parahnya, aksi tersebut mendapat perlindungan dari kepolisian Zionis Israel. Sedangkan penyerbuan dari kaum ekstrimis terhadap masjid Al-Aqsha terjadi berulang-ulang dan terus meningkat.

Melihat kondisi ini, Menteri Wakaf dan Urusan Agama Palestina Dr. Thalib Abu Shaer meminta Komisi Al-Quds segera untuk mengadakan KTT Islam untuk membahas serangan dan pelanggaran Israel yang berulang-ulang terhadap kota Al-Quds dan masjid Al-Aqsha. Menurut Shaer, Penjajah Zionis Israel telah menyiapkan 50 rencana yahudisasi Al-Quds serta penghapusan indentitas kearaban dan keislamannya, dan mendirikan Al-Quds raya yang direncanakan untuk menggabungkan 84 permukiman Yahudi. Selain itu, Penjajah Zionis Israel juga telah menyiapkan rencana untuk membangun lebih dari 73 unit rumah di Al-Quds dan menyerahkan ancaman penghancuran ratusan rumah warga di kampung Abbasiyah dan Silwan, serta adanya kasus pencurian batu purbakala berukuran besar dari masjid al Aqsha yang kemudian dibawa dan dipindahkan di depan gedung “Knesset’ Israel.

“Aksi Zionis Israel meningkat hari-hari belakangan ini terhadap masjid Al-Aqsha. Mereka telah memberi perintah penghancuran lebih dari 55 gang perumahan di Ra’s Khamis.” Ungkap Shaer.

Dalam konferensi pers, Rabu (15/04), Abu Shaer meminta Dewan Keamanan PBB mengadakan sidang darurat guna membahs pelanggaran-pelanggaran tidak manusiawi, juga pelanggaran-pelanggaran biadab yang dilakukan Israel terhadap tempat-tempat suci Islam. Dia mengingatkan Israel atas arogansinya yang melakukan segala kebodohan terhadap kota Al-Quds dan masjid Al-Aqsha.

Shaer juga menyerukan seluruh umat Islam di dunia serta partai-parta dan organisasi-organisasi Islam dan nasional untuk melakukan aksi solidaritas terhadap warga Al-Quds yang diusir dan ditindas dengan biadab oleh penjajah Israel, serta tindakan-tindakan yang dibutuhkan demi menyelamatkan masjid Al-Aqsha dari serangan kaum Zionis.

(sumber: Republika online)

MENIKAH


Semoga Allah memberikan keberkahan kepada kedua mempelai di kala suka maupun duka. Serta menyatukan mereka berdua dalam kebaikan”. Itulah doa yang kerap diberikan kepada pengantin ketika baru menikah. Menikah, adalah bersatunya dua insan dalam ikatan sakral. Dalam agama Islam , itu berarti telah halalnya hubungan seorang muslim dengan seorang muslimah dengan cara yang syar’i, sesuai dengan Al Quran dan Sunnah.

Menikah merupakan upaya mencari jalan yang halal dalam hubungan pria dan wanita. Di tengah era globalisasi dengan banyaknya budaya luar yang masuk, pemudah Islam yang beriman memilih untuk menikah demi menjaga kesucian diri merekaserta ingin membangun keluarga muslim yang diridhoi Allah swt.

Para pemuda Islam yakin, dengan menikah mereka telah memenuhi setengah dien mereka. Selain itu, mereka mengerti akan hal-hal sebagai berikut:

Pernikahan merupakan sunnah Rasul
Rasulullah saw bersabda: “Demi Allah!! Sungguh aku Adalah orang yang paling takut dan paling bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala di antara kalian. Tetapi aku berpuasa dan aku juga berbuka, aku shalat dan aku juga tidur , aku pun menikahi wanita-wanita. Barangsiapa yang tidak suka dengan sunnahku, maka ia bukan termasuk umatku.” (Muttafaq ‘alaih).

Pernikahan untuk memenuhi panggilan Allah swt
Allah swt berfirman: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur: 32)

Pernikahan merupakan salah satu nikmat Allah swt dan jalan untuk menggapai bahagia, kasih sayang, dan Anugrah
Allah swt berfirman: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)

Pernikahan adalah jalan syar’i untuk menyalurkan kebutuhan biologis dan syahwat secara halal
Allah swt berfirman: “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas”. (QS. Al-Mu’minun: 5-7)

Pernikahan sebagai perisai para pemuda dan pemudi dari fitnah penyimpangan, dan kemaksiatan
Sabda Rasulullah saw sebagai anjuran untuk para pemuda-pemudi Islam:“Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian ada yang mampu menikah, maka hendaklah ia menikah. Sungguh ia (pernikahan) dapat lebih menahan pandangan dan dapat lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa. Sungguh ia adalah peredam baginya.” (Muttafaq ‘alaih).

Pernikahan sebagai sarana perkenalan dan pertemuan di antara beberapa keluarga
Allah swt berfirman: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat: 13)


Pernikahan yang akan diridhoi Allah swt adalah pernikahan yang dibangun dengan benar sesuai syariat Islam. Sungguh bahagianya, pasangan suami istri yang sholeh membentuk dan mewujudkan keluarga muslim yang sakinah dan mawaddah. Suami yang sholeh tidak akan berbuat zhalim. Begitupun istri yang sholehah, is akan selalu taat pada suaminya yang sholeh. Begitupula dengan keturunanya nanti. Pasangan suami istri yang sholeh dan sholehah akan mampu membentuk generasi penerus yang beriman yang dapat terus membela agama Islam.

Wallahu a’lam.

(dari berbagai sumber)

Allah swt Tempat Kembali Yang Pasti


“Hidup”, ibarat tidur siang yang hanya sesaat, sedangkan “mati” adalah perjalanan panjang dan tiada henti. Maka tidaklah heran jika berbagai mimpi memenuhi kehidupan ini, dan silahkan bermimpi karena kehidupan adalah alam mimpi. Ketika seseorang mengalami kematian, maka ia telah memasuki garis start dari sebuah perjalanan panjang yang abadi, penuh dengan pertanggung jawaban yang tidak dapat dibohongi.

Kehidupan ini mengenal sebuah sifat yang sudah sangat populer dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah sifat kehidupan yang penuh dengan pembelajaran,namun banyak dilupakan, yaitu sifat “datang dan pergi”. Datang dan pergi merupakan sifat kehidupan yang terus saling mengiringi. Datang dan pergi merupakan salah satu sunnatullah yang tidak dapat diganggu gugat lagi dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Segala sesuatu yang telah datang ke dunia, masing-masing pasti telah ditentukan masanya untuk pergi meninggalkan dunia ini kembali. Karena kehidupan ini hanyalah sandiwara sesaat, yang akan menghilang dalam sekejap manakala nyawa tinggalkan hayat. Yang tersisa hanyalah permintaan pertanggung jawaban atas segala peranan yang telah dimainkan selama menjalani sandiwara dunia. Maka, mainkanlah peranmu sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan-Nya.

Datang dan perginya segala sesuatu di dunia ini adalah takdir Allah swt yang telah tertulis di dalam kitab Lauh Mahfuzh. Yang datang, pasti akan pergi, tidak ada yang abadi. Setiap makhluk bernyawa pasti akan mati, dan setiap benda mati pasti akan hancur (musnah).

"Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan." (Qs. Al Ankabut :57)

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (QS. Al hadiid : 22 - 23).

Maka tidak patutlah bagi seorang muslim yang beriman, manakala kehilangan sesuatu yang ia miliki kemudian berduka tiada henti. Tidak layak bagi seorang muslim beriman untuk meratapi kepergian orang-orang yang ia kasihi. Karena semua itu adalah takdir Allah swt yang tidak boleh untuk disesali.

Allah swt telah menetapkan batasan waktu bagi segala sesuatu tanpa terkecuali, kapan sesuatu itu hidup dan kapan sesuatu itu akan mati pula, kapan sesuatu itu terbentuk dan kapan sesuatu itu akan hancur pula. Tidak ada yang abadi, semuanya pasti akan pergi.

Allah swt Maha Mengetahui, dan sebaik-baik pemberi ganti. Allah swt Sang Pemilik Ilmu yang tiada batas dan tiada tandingannya, Allah swt mengetahui segala yang terbaik dan yang buruk bagi hambanya. Maka janganlah seorang muslim tenggelam dalam duka atas musibah yang menimpanya. Karena Allah swt lebih mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Jika Allah swt telah memutuskan untuk memanggil seseorang yang kita sayangi, mungkin memang itulah yang terbaik baginya.

Dalam Shahih-nya, Imam Muslim meriwayatkan dari Ummu Salamah, bahwasanya
ia berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang ditimpa suatu musibah, lalu dia mengatakan apa yang diperintahkan Allah, Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala karena musibah ini, dan gantikanlah untukku sesuatu yang lebih baik darinya. kecuali akan Allah akan memberikannya ganti yang lebih baik.”

Hadits di atas menyatakan bahwa barang siapa yang mendapat ujian atau musibah dari Allah swt, kemudian ia tawakal atau berserah diri kepada Allah swt, maka niscaya Allah swt akan menggantikannya dengan pemberian yang lebih baik lagi. Dan jika memang Allah swt tidak memberikan penggantinya, maka yakinlah bahwa Allah swt telah mengetahui bahwa hal tersebutlah yang terbaik bagi kita.

Sesungguhnya, manusia adalah makhluk yang lemah dan dhoif, yang tidak ada daya dan upaya kecuali atas kehendak Allah swt. Untuk itu, senantiasa memohonlah kepada Allah swt agar senantiasa diberikan kekuatan, kesabaran, dan ketabaan dalam menyikapi segala sesuatu yang pergi dan meninggalkan kita. Tidak perlu merasa lemah dan bersedih hati, karena insya Allah, Allah swt senantiasa menyertai orang-orang yang senantiasa bertakwa dan bertawakal kepada-Nya.

Setiap makhluk hidup yang bernyawa, kini tengah menunggu masing-masing gilirannya, termasuk di dalamnya adalah kita. Usia kita tengah menunggu masa berakhirnya, dan malaikat pencabut nyawa tengah berjalan semakin dekat di ubun-ubun kita. Untuk itu, marilah kita mempersiapkan diri untuk perjalanan abadi yang tiada henti, perjalanan untuk bertemu dengan Zat yang Maha Sempurna, Allah swt.

Wallahua’lam

www.syahadat.com

Rabu, April 29, 2009

Bersyukur Kepada Allah swt


Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nahl : 18)

Bersyukur merupakan salah satu kewajiban manusia kepada Allah swt. Bersyukur atas nikmat Allah swt berarti berterima kasih atas segala rahmat dan kemurahan Allah swt yang diberikan oleh hamba-Nya. Dengan bersyukur, kita akan senantiasa mengingat Allah swt yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Bagaimanakah cara kita bersyukur kepada Allah swt? Apakah cukup dengan hanya mengingat-Nya? Menurut para ulama, ada tiga cara bersyukur kepada Allah swt. Cara-cara tersebut cukup mudah diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga dengan selalu ingat kepada Allah swt dan bersyukur kepada-Nya, kita akan senantiasa diridhoi dan dirahmati oleh Allah swt.

Cara-cara mudah bersyukur kepada Allah swt antara lain:

Bersyukur dengan hati nurani
Nurani sama dengan kata hati, dimana ia selalu berkata benar dan jujur. Oleh karena itu, orang yan gbersyukur dengan hati nuraninya tidak akan mengingkari nikmat yang datang dari Allah swt. Dengan hati nurani juga, kita akan menyadari begitu banyaknya nikmat Allah swt tersebut yang dilimpahkan kepada kita setiap detik dalam hidup kita.

Bersyukur dengan ucapan
Ucapan-ucapan yang keluar dari lidah dan mulut kita sebaiknya hanyalah ditujukan kepada Allah swt. untuk bersyukur kepada Allah swt, kita bisa banyak-banyak mengucapkan Hamdalah (Alhamdulillahirobbil’alamin). Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda, ''Barangsiapa mengucapkan Subhanallah, maka baginya 10 kebaikan. Barangsiapa membaca La ilaha illallah, maka baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca Alhamdulillah, maka baginya 30 kebaikan.''

Bersyukur dengan perbuatan
Tentu saja beryukur kepada Allah swt dengan cara ini yaitu melalui anggota tubuh yang telah Allah swt karuniakan kepada kita. Untuk itulah Allah swt memberikan anggota tubuh untuk kita, bersyukur kepada-Nya dan mengerjakan hal-hal baik dan positif. Badan untuk bergerak/sholat (wajib dan sunnah), tangan untuk bersedekah, lidah untuk berzikir, dan lain sebagainya.

Allah swt Pasti Membalas Cintamu

Indah nian jika cinta berbalas cinta, dunia seakan milik berdua. Namun sayang, tidak setiap cinta di dunia ini akan berbalas cinta. Dan tidak setiap cinta akan berbuah manisnya barakah. Begitu banyak cinta di dunia ini yang tidak berbalas, dan begitu banyak cinta dunia ini yang berbalas benci. Begitu banyak cinta di dunia ini yang berbuntut dan berakhir duka. Begitu banyak pula cinta yang berbuah laknat dari Yang Maha Kuasa. Ketika yang dicinta tidak mencinta, ketika yang diimpikan tidak memberi jawaban, banyak manusia yang akhirnya dirundung duka berkepanjangan. Banyak manusia yang akhirnya lelap dalam buaian syeithan.

Pahit memang jika cinta tiada berbalas. Begitu banyak pecinta yang patah hati, hingga dukanya tiada henti. Begitu banyak kekasih yang terluka, hingga pilunya tersimpan sepanjang usia.

Cinta, memang salah satu anugerah terindah yang diberikan Allah swt kepada manusia. Namun kesalahan dalam mengarahkan dan memanage rasa cinta dapat menjerumuskan sang pecinta kepada kebinasaan. Tidak sedikit pecinta yang patah hati atau terluka, dan akhirnya gelap mata yang membuatnya bertindak di luar logika. Ada yang tenggelam dalam duka dan menutup diri. Ada yang termakan rasa benci yang kian menjadi-jadi. Ada yang nekat bunuh diri. Bahkan ada juga yang akhirnya terjerumus pada perkara syirik dengan mendatangi dukun dan meminta ilmu pelet atau pengasihan untuk mendapatkan si kekasih hati.

Astaghfirullah! Rendah nian realisasi rasa cinta yang demikian. Cinta buta dan membutakan yang hanya berlandaskan nafsu semata. Semoga Allah swt menjauhkan kita dari rasa cinta yang demikian. Amin.

Saudaraku, itulah gambaran cinta duniawi yang banyak sekali menimbulkan kesengsaraan bagi pecintanya sendiri. Sungguh, hanya ada satu cinta yang tidak akan pernah mengecewakan, melukai atau menipu para pecintanya, yaitu cinta kepada Allah swt. Hanya ada satu cinta yang akan selalu membalas pecintanya dengan balasan cinta yang jauh lebih besar, yaitu cinta kepada Allah swt. Cinta kepada satu-satunya Zat yang memiliki dan menciptakan rasa cinta. Allah swt tidak memilah untuk memberikan balasan kepada para pecinta-Nya. Allah swt tidak akan peduli apakah pecintanya itu seorang presiden atau seorang pemulung, seorang yang cacat maupun seorang yang sempurna fisiknya, seorang yang cantik atau jelek wajahnya, seorang yang sehat atau sakit-sakitan, Allah swt tidak pernah mempedulikan hal-hal yang demikian. Allah swt hanya melihat seberapa besar kecintaan hamba-Nya dan pengaplikasian rasa tersebut kepada Allah swt. Allah swt akan memberikan balasan yang besar kepada siapapun hamba-Nya yang senantiasa mencintai-Nya dan mengaplikasikan rasa cintanya dengan sebaik-baiknya secara kontinyu.

Ketika seorang hamba telah terpesona dengan keindahan dan kesempurnaan Allah swt, maka tidak akan ada jalan baginya untuk berpaling. Dan tidak ada pula kekecewaan kepada Allah swt, karena Allah swt akan membalas orang-orang yang mencintainya dengan balasan yang lebih besar.

Dalam hadis kudsi Allah swt berfirman:

“Aku sesuai prasangka hambaKu terhadapKu. Aku bersamanya manakala ia mengingatKu. Jika ia mengingatKu dalam dirinya, Aku pun mengingatnya dalam diriKu. Jika ia mengingatKu dalam suatu kumpulan, Aku pun mengingatnya dalam kumpulan yang lebih mulia. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepadaKu sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia mendatangiKu dengan berjalan, Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari Muslim)

Subhanallah! Betapa indahnya untaian kalimat yang diserukan Allah swt dalam hadits qudsi di atas. Di sana terlihat betapa Allah swt akan memberikan balasan kepada orang-orang yang selalu mencintainya dan mengaplikasikan rasa cintanya dengan sebaik-baiknya, dengan balasan yang lebih besar, bukan dengan balasan yang seimbang maupun balasan yang lebih kecil. Allah swt pasti akan memberikan balasan yang berlipat ganda, sebagaimana firman-Nya di dalam Al Quran yang artinya:

“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (QS. An Nisa’ : 40)

Tidak ada seorang hamba-pun yang mencintai Allah swt dengan cinta yang paling besar dan paling murni, serta merealisasikan cintanya dalam bentuk ketakwaan dan keistiqomahan yang mantap, melainkan Allah swt akan memberikan balasan kepadanya dengan balasan yang jauh lebih baik, lebih besar, dan lebih indah.

Saudaraku, mencintai kekasih, mencintai harta, mencintai tahta, mencintai wanita, semua itu adalah bentuk-bentuk cinta duniawi yang kapanpun dapat membuat kita lupa, dan menimbulkan dosa yang sebelumnya tidak pernah kita duga.

“Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah: 24.)

Cinta duniawi yang hanya berlandaskan nafsu semata adalah seperti menciptakan monster buas tak berperasaan dan berlogika, yang setiap saat dapat menerkam dan melahap penciptanya sendiri. Namun cinta karena Allah swt dan cinta kepada Allah swt setiap saat akan membuahkan kebaikan dan keindahan yang tidak disangka-sangka.

Cinta kepada Allah swt adalah satu-satunya bentuk cinta yang akan membawa para pecinta-Nya menuju tempat dan kedudukan yang jauh lebih tinggi dan lebih mulia. Karena Allah swt tidak akan pernah mengecewakan hamba yang senantiasa mencintai-Nya. Allah swt akan membalas para pecinta-Nya dengan cinta yang jauh lebih besar dan bermaslahat bagi pecinta-Nya, tanpa memandang status sosial, tampilan fisik, keadaan ekonomi, nilai akademik dan sebagainya.

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Al Zalzalah : 7)

Wallahua’lam

www.syahadat.com


SEPUTAR MAHROM


Seringkali kita salah menulis dan memahami tentang “mahrom” dan “muhrim”. Mereka mengatakan bahwa orang yang tidak boleh kita nikahi adalah muhrim. Padahal kedua kata ini memiliki arti yang sangat jauh berbeda. Muhrim memiliki orang yang sedang berihram untuk umrah. Sedangkan orang yang tidak boleh dinikahi karena suatu sebab, itu dinamakan dengan mahrom.

Mahrom sendiri didefinisikan oleh beberapa ulama dengan beragam istilah. Imam Ibnu Qudamah ra mendefinisikan mahrom sebagai “semua orang yang haram untuk dinikahi selama-lamanya karena sebab nasab, persusuan dan pernikahan." [Al-Mughni 6/555]

Berkata Imam Ibnu Atsir rahimahullah, " Mahrom adalah orang-orang yang haram untuk dinikahi selama-lamanya seperti bapak, anak, saudara, paman, dan lain-lain". [An-Nihayah 1/373]. Sedangkan Syaikh Sholeh Al-Fauzan mendefinisikan," Mahrom wanita adalah suaminya dan semua orang yang haram dinikahi selama-lamanya karena sebab nasab seperti bapak, anak, dan saudaranya, atau dari sebab-sebab mubah yang lain seperti saudara sepersusuannya, ayah atau pun anak tirinya". [Tanbihat 'ala Ahkam Takhtashu bil mu'minat hal ; 67]

Macam-macam Mahrom

Dari ketiga definisi diatas, kita mendapat kesimpulan bahwa mahrom bukan hanya karena nnasab atau garis keluarga saja. Namun mahrom ternyata terbagi menjadi beberapa jenis. Inilah kesalahan yang sering kita temukan di tengah-tengah masyarakat. Banyak masyarakat yang menganggap bahwa mahrom itu hanya sebatas nasab atau hubungan keluarga saja.

Secara garis besar, mahrom terbagi menjadi 3 macam, yaitu mahrom karena nasab, mahrom karena persusuan, dan mahrom karena pernikahan.

I. Mahrom Karena Nasab (Keluarga)

Yang dimaksud dengan mahrom karena nasab adalah mahrom yang terjadi sebagai akibat dari adanya hubungan darah. Banyak orang yang termasuk dalam kategori ini. Bahkan hal ini tersurat dalam firman Allah SWT: "Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Nisa:23)

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS An-Nuur:31)

Dari dua ayat tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa yang termasuk dalam Mahrom karena nasab diantaranya adalah:

1. Ayah/ibu

2. Anak

3. Keponakan

4. Paman/bibi

Bahwasannya paman termasuk mahrom adalah pendapat jumhur ulama'. Hanya saja imam Sya'bi dan Ikrimah, keduanya berpendapat bahwa paman bukan termasuk mahrom karena tidak disebutkan dalam ayat (An-Nur 31), juga dikarenakan hukum paman mengikuti hukum anaknya." (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 3/267, Tafsir Fathul Qodir 4/24, dan Tafsir Qurthubi 12/155)


II. Mahrom Karena Persusuan

Persusuan adalah masuknya air susu seorang wanita kepada anak kecil dengan syarat-syarat tertentu. Persusuan yang menjadikan seseorang sebagai mahrom orang lain adalah lima kali persusuan. Hal ini tersirat pada sebuah hadist dari Aisyah ra:

"Termasuk yang di turunkan dalam Al-Qur'an bahwa sepuluh kali pesusuan dapat mengharamkan (pernikahan) kemudian dihapus dengan lima kali persusuan." [HR Muslim 2/1075/1452, Abu Daud 2/551/2062, Tirmidzi 3/456/1150 dan lainnya] Ini adalah pendapat yang rajih di antara seluruh pendapat para ulama'. (lihat Nailul Author 6/749, Raudloh Nadiyah 2/175]

Dari Abdullah Ibnu Abbas radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam bersabda : "Diharamkan dari persusuan apa-apa yang diharamkan dari nasab." [HR Bukhori 3/222/2645 dan lainnya]

Dari hadist diatas, mahrom karena persusuan seperti halnya mahrom karena nasab, ang meliputi:

1. Bapak/ibu persusuan

2. anak dari ibu susu

Termasuk di dalamnya adalah cucu dari anak susu baik laki-laki maupun perempuan. Juga anak keturunan mereka

3. Saudara persusuan, baik kandung maupun sebapak/seibu

4. Keponakan persusuan, baik persusuan laki-laki maupun perempuan dan keturunannya

5. Paman/bibi persusuan (saudara bapak/ibu susu)

III. Mahrom Karena Pernikahan

Pernikahan adalah sebuah hubungan yang mengikat dua insane menjadi satu dalam sebuah ikatan suci untuk membentuk keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. Pernikahan juga dapat menjadi sebab seseorang menjadi mahrom orang lain.

Siapa sajakah yang menjadi mahrom kita karena ikatan pernikahan? Mereka adalah:

1. Suami/istri

2. Mertua

3. Anak tiri

4. Ayah/ibu tiri

5. Menantu

Dianggap mahrom tapi bukan…….

Banyak anggapan yang salah dalam masyarakat tentang mahrom seseorang. Kadang kita bersikukuh bahwa si A adalah mahrom kita, padahal si A tidak termasuk dalam kategori mahrom yang telah diuraikan di atas. Hal ini terlihat sepele, namun dapat berakibat fatal.

Lantas, siapa saja orang-orang yang kita anggap sebagai mahrom kita, padahal mereka bukan mahrom kita? Mereka adalah:

1. Anak angkat/orang tua angkat

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al Ahzab:4 yang artinya: "Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar)."

2. Sepupu

3. Saudara ipar

Perhatikan hadist berikut:
"Waspadailah oleh kalian dari masuk kepada para wanita, berkatalah seseorang dari Anshor: "Wahai Rasulullah bagaimana pendapatmu kalau dia adalah Al-Hamwu (kerabat suami)? Rasulullah bersabda; "Al-Hamwu adalah merupakan kematian." [HR Bukhori; 5232 dan Muslim 2172]

Imam Baghowi berkata; " Yang dimaksud dalam hadits ini adalah saudara suami (ipar) karena dia tidak termasuk mahrom bagi si istri. Dan seandainya yang dimaksud adalah mertua padahal ia termasuk mahrom, lantas bagaimanakah pendapatmu terhadap orang yang bukan mahrom?" Lanjutnya: "Maksudnya, waspadalah terhadap saudara ipar sebagaimana engkau waspada dari kematian".


4. Mahrom titipan

Kebiasaan yang sering terjadi, apabila ada seorang wanita ingin bepergian jauh seperti berangkat haji, dia mengangkat seorang lelaki yang 'berlakon' sebagai mahrom sementaranya. Ini merupakan musibah yang sangat besar. Bahkan Syaikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani menilai dalam Hajjatun Nabi (hal 108) ; "Ini termasuk bid'ah yang sangat keji, sebab tidak samar lagi padanya terdapat hiyal (penipuan) terhadap syari'at. Dan merupakan tangga kemaksiatan".

Semoga uraian singkat ini dapat memberikan pengetahuan bagi kita tentang siapa saja mahrom kita. Hal ini sekaligus untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman tentang mahrom tersebut.

Wallahu a’lam

www.syahadat.com

Selasa, April 28, 2009

MENJAGA IMAN ISLAM


Setiap muslim wajib menjaga iman islam. Iman islam adalah pegangan utama yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Tanpa iman islam, seseorang bagaikan pohon yang kekeringan karna tidak adanya siraman agama, dan akhirnya goyah bahkan mati secara rohani. Iman islam adalah akidah agama yang memang harus senantiasa dipupuk agar mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.

Iman islam dalam diri seseorang tergantung dari dirinya sendiri serta lingkungannya. Apabila ia memiliki kemauan untuk selalu memperdalam ilmu agamanya, serta lingkungannya pun mendukung, maka akan bertambahlah keimanannya itu. Namun apabila ia seolah hanya mementingkan kehidupan di dunia tanpa ingat akan kehidupan di akhirat kelak, maka dapatlah dikatakan ia tak memiliki iman islam.

Menjaga iman islam yaitu menjaga ketaatan dan ketakwaan kepada Allah swt. Semakin taat kepada Allah swt, maka semakin tinggi pula iman islam seseorang. Sebaliknya, orang yang selalu berpaling dari Allah swt dan perintah-perintah-Nya, dapat menyebabkan lemahnya iman islam. Kelemahan iman islam pun akan mengakibatkan orang tersebut selalu berbuat maksiat dan tidak pernah mengerjakan amal sholeh.

Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan dalam usaha menjaga dan mempertebal iman islam:

  • Selalu mendekatkan diri kepada Allah swt.
  • Mengenal Allah swt, nama-nama dan sifat-sifat Allah swt.
  • Membaca dan mengkaji Al Quran karena didalamnya berupa ayat-ayat Allah, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
  • Memperbanyak berbuat kebaikan/amal-amal sholeh.
  • Meninggalkan segalabentuk maksiat.
  • Bergaul dengan orang-orang beriman.
  • Menciptakan lingkungan yang islami, dapat dimulai dari rumah kita sendiri yaitu dengan ibadah-ibadah harian wajib dan sunnah, serta mengajari anak-anak kita. Kemudian tak lupa pula meramaikan masjid yang ada di lingkungan kita dengan sholat berjamaah dan majlis ta’lim.


Semoga Allah swt selalu memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita agar selalu bisa menjaga iman islam, bahkan meningkatkannya. Rasulullah saw menganjurkan kita untuk selalu beristiqomah dalam menjaga iman islam. Dari Abu ‘Amr Sufyan bin Abdillah ra: aku berkata kepada Rasulullah saw: “Wahai Rasulullah, sampaikanlah kepadaku satu perkataan yang aku tidak akan bertanya lagi setelahnya kepada selainmu.” Rasulullah saw bersabda: “Katakanlah aku beriman kepada Allah kemudian istiqamahlah.” (HR. Muslim)

UKHUWAH ISLAMIYAH


Kita hidup di dunia ini tidak sendiri. Kita hidup dalam masyarakat yang sangat majemuk. Perbedaan banyak kita temukan di sekitar kita. Karena itu, kita harus dapat saling menjaga diri dalam menjalani hidup di tengah masyarakat yang sangat heterogen.

Keberagaman yang ada membuat kita harus senantiasa menjalin silaturahmi dengan orang lain. Jangan sampai perbedaan menghalangi kita untuk menjalin persaudaraan, karena dengan persaudaraan, kita dapat lebih siap untuk hidup bermasyarakat. Terlebih lagi persaudaraan yang terjalin antar sesama muslim, yang biasa kita kenal dengan nama ukhuwah islamiyah. Hal ini sudah diajarkan oleh Rasulullah saw.

Namun sayangnya, kepentingan dan ketamakan akan dunia telah melemahkan, bahkan menghancurkan ukhuwah islamiyah yang ada. Lihat saja di sekitar kita, berapa banyak orang yang rela menindas saudaranya sendiri demi ambisinya untuk mengeruk kekayaan dunia. Bahkan tidak sedikit yang menggunakan cara-cara yang kotor agar ambisinya tercapai, termasuk mengotori dirinya dengan perbuatan dosa.

Padahal, banyak dalil yang mencela tindakan orang-orang yang menzolimi saudaranya sesame muslim. Dan bukankah Rasulullah saw sendiri telah menganjurkan bagi kita untuk memperkuat tali persaudaraan? Sebab dengan kuatnya jalinan persaudaraan sesammuslim, maka islam akan menjadi lebih kuat dan jaya, Insya Allah.

Dari 'Abdullah bin 'Umar r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, janganlah ia menzhaliminya dan membiarkannya. Barangsiapa membantu menutupi kebutuhan saudara seislam, maka Allah akn membantu menutupi kebutuhannya. Barangsiapa membebaskan seoarang muslim dari suatu kesulitan niscaya Allah akan membebaskan seorang musilm dari suatu kesulitan niscaya Allah akan membebaskannya dari kesulitan-kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib seorang Muslim niscaya Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat," (HR Bukhari [2442] dan Muslim [2580]).

Dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Tahukah kamu siapa itu orang pailit?" Mereka menjawab, "Orang yang pailit di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak punya barang." Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya orang yang pailit di kalangan ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun, ia telah mencaci si fulan, memfitnah si fulan, memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan, memukul si fulan, lalu diberikanlah pahala-pahala kebaikannya kepada orang-orang yang telah dizhaliminya tadi. Apabila habis pahala kebaikannya sebelum selesai masalahnya, maka diambillah dosa-dosa orang yang dizhaliminya lalu dilimpahkan kepadanya kemudian ia dilemparkan ke dalam Neraka," (HR Muslim [2581]).

Dari al-Mustaurid r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa diberi makan dengan merobek kehormatan seorang Muslim, maka Allah akan memberinya makan seperti itu dari api Neraka. Barangsiapa diberi pakaian dengan merobek kehormatan seorang Muslim, maka Allah akan memakaikan pakaian seperti itu dari Jahannam. Barangsiapa beramal karena sum'ah atau riya', maka Allah akan memajangkannya dalam pajangan sum'ah dan riya' pada hari kiamat," (Shahih lighairihi, HR Bukhari dalam al-Adabul Mufrad [281], Abu Dawud [4881], Ahmad [IV/229], al-Hakim [IV/127-128], Abu Ya'la [1608], ath-Thabrani dalam al-Ausath [701, 2662 dan 3596], Ibnu 'Asakir [XVII/391-392] dan ad-Dainuri dalam al-Mujaalasah [II/162]).

Dari hadist tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa persaudaraan sesama muslim merupakan suatu yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw. Bahkan Allah SWT sendiri akan memberikan bantuan-Nya kepada kita yang menjalin dan menguatkan ukhuwah islamiyah kelah di hari Akhir, Insya Allah.
Dari hadist tersebut kita juga dapat menangkap bahwa ornag yang paling merugi adalah orang yang menzholimi saudaranya sesama muslim. Bahkan disebutkan oleh Rasulullah saw bahwa amal orang yang menzholimi saudara seimannya akan diambil dan diberikan kepada orang yang dizholiminya.
Begitu besar nilai-nilai yang terkandung dalam ukhuwah islamiyah ini, sehingga kita diwajibkan untuk senantiasa memupukdan menjaganya dengan baik.

Makna dan Hakekat Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah islamiyah lebih sering diartikan sebagai rasa atau ikatan persaudaraan sesama muslim, yang disatukan oleh akidah islamiyah yang sama. Sedangkan menurut Imam Hasan Al Bana, ukhuwah islamiyah memiliki makna sebagai keterikatan hati dan jiwa antara manusia yang satu dengan yang lain karena satu akidah yang sama.

Adapun hakekat ukhuwah islamiyah yang tercermin dalam firman Allah SWT adalah:

1.Nikmat Allah (Q.S. 3:103)

2.Perumpamaan tali tasbih (Q.S.43:67)

3.Merupakan arahan Rabbani (Q.S. 8:63)

4.Merupakan cermin kekuatan iman (Q.S.49:10)

Dalam ukhuwah slamiyah, ada proses yang harus diperhatikan oleh umat manusia. Proses dalam ukhuwah islamiyah ini akan membuat persaudaraan semakin kuat. Proses-proses yang ada dalam ukhuwah islamiyah adalah:

Melaksanakan proses ta’aruf (saling mengenal). Literaturnya : 49:13

Adanya interaksi dapat lebih mengenal karakter individu. Perkenalan pertama tentunya kepada penampilan fisik (Jasadiyyan), seperti tubuh, wajah, gaya pakaian, gaya bicara, tingkah laku, pekerjaan, pendidikan, dsb. Selanjutnya interaksi berlanjut ke pengenalan pemikiran(Fikriyyan). Hal ini dilakukan dengan dialog, pandangan thd suatu masalah, kecenderungan berpikir, tokoh idola yang dikagumi/diikuti,dll. Dan pengenalan terakhir adalah mengenal kejiwaan (Nafsiyyan) yang ditekankan kepada upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi, dan tingkah laku. Setiap manusia tentunya punya keunikan dan kekhasan sendiri yang memepengaruhi kejiwaannya. Proses ukuhuwah islamiyah akan terganggu apabila tidak mengenal karakter kejiwaan ini.

Melaksanakan proses tafahum (saling memahami)

Saling memahami adalah kunci ukhuwah islamiyah. Tanpa tafahum maka ukhuwah tidak akan berjalan. Proses ta’aruf/pengenalan dapat deprogram namun proses tafahum dapat dilakukan secara alami bersamaan dgn berjalannya ukhuwah. Dengan saling memahami maka setiap individu akan mudah mengatahui kekuatan dan kelemahannya dan menerima perbedaan. Dari sini akan lahirlah ta’awun (saling tolong menolong) dalam persaudaraan.

Ukhuwah tidak dapat berjalan apabila seseorang selalu ingin dipahami dan tidak berusaha memahami org lain. Saling memahami keadaan dilakukan dgn cara penyatuan hati, pikiran dan amal. Allah-lah yang menyatukan hati manusia.

Melakukan At-Ta’aawun (saling tolong menolong). Q.S. 5::2

Bila saling memahami sudah lahir maka timbullah rasa ta’awun. Ta’awun dapat dilakukan dengan hati (saling mendo’akan), pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan ama( saling Bantu membantu).

Saling membantu dalan kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri. Manusia adalah makhluk social yang butuh berinteraksi dan butuhbantuan org lain. Kebersamaan akan bernila bila kita mengadakan saling Bantu membantu

Melaksanakan proses takaful (saling menanggung/senasib sepenanggungan)

Takaful adalah tingkatan ukhuwah yang tertinggi. Banyak kisah dan hadits Nabi SAW dan para sahabat yang menunjukkan pelaksanaan takaful ini. Seperti ketika seorang sahabat kehausan dan memberikan jatah airnya kepada sahabat lainnya yang merintih kehausan juga, namun setelah diberi, air itu diberikan lagi ek sahabat yang lain, terus begitu hingga semua mati dalam kondisi kehausan. Mereka saling mengutamakan saudaranya sendiri dibandingkan dirinya (itsar). Inlah cirri utama dari ukhuwah islamiyah.

Manfaat Ukhuwah Islamiyah

Banyak manfaat yang dapat kita nikmati dengan jalinan ukhuwah islamiyah yang kuat. Kita akan merasakan kehidupan bermasyarakat yang lebih harmonis. Perbedaan yang ada tidak akan menimbulkan pertentangan, justru akan menjadikan kehidupan kita semakin indah. Tingkat kesenjangan sosial dalam masyarakat juga akan terkikis dengan sendirinya. Hal ini karena semangat ukhuwah islamiyah yang menyatukan kita semua.

Selain itu, ada juga manfaat lain yang berhubungan dengan iman kita. Manfaat dari ukhuwah islamiyah yang kita terima sehubungan dengan tingkat keimanan kita diantaranya adalah:

1. Merasakan lezatnya iman

2. Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi)

3. Mendapatkan tempat khusus di surga (Q.S. 15:45-48)

Penguat Ukhuwah Islamiyah

Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk semakin menguatkan jalinana ukhuwah islamiyah diantara kita. Apalagi di masa sekarang ini, kuatnya ukuwah islamiyah menjadi hal yang sangat penting. Hal-hal yang dapat meningkatkan ukhuwah islamiyah diantara kita adalah:

1. Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai

Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: “ Ada seseorang berada di samping Rasulullah lalu salah seorang sahabat berlalu di depannya. Orang yang disamping Rasulullah tadi berkata: ‘Aku mencintai dia, ya Rasullah.’ Lalu Nabi menjawab: ‘Apakah kamu telah memberitahukan kepadanya?’ Orang tersebut menjawab: ‘Belum.’ Kemudian Rasulullah bersabda: ‘Beritahukan kepadanya.’ Lalu orang tersebut memberitahukan kepadanya seraya berkata: ‘ Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.’ Kemudian orang yang dicintai itu menjawab: ‘Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.”

2. Memohon didoakan bila berpisah

“Tidak seorang hamba mukmin berdo’a untuk saudaranya dari kejauhan melainkan malaikat berkata: ‘Dan bagimu juga seperti itu” (H.R. Muslim)

3. Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa

“Janganlah engkau meremehkan kebaikan (apa saja yang dating dari saudaramu), dan jika kamu berjumpa dengan saudaramu maka berikan dia senyum kegembiraan.” (H.R. Muslim)

4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)

“Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabatan tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (H.R Abu Daud dari Barra’)

5. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara)

6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu

7. Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya

8. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya

9. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan

Marilah kita tingkatkan ukhuwah islamiyah diantara kita, sehingga islam benar-benar menjadi rahmat bagi seluruh alam, insya Allah.

Wallahu a’lam

sumber: www.syahadat.com

AKIDAH ISLAMIYAH


Pengertian

Secara bahasa, aqidah berasal dari kata ‘aqoda ya’qidu/’uqdatan/wa’aqidatan, yang berarti ikatan (al-rabthu), janji (al-‘ahdu), keyakinan yang mantap (al-jazmu).

Sedangkan menurut istilah, aqidah adalah perkara-perkara yang dibenarkan oleh jiwa dan hati merasa tenang karenanya serta menjadi suatu keyakinan bagi pemiliknya yang tidak dicampuri keraguan sedikitpun.

Aqidah Islamiyah bersumber pada Al Quran, As Sunnah, dan Al-Ijma’.


Dasar-Dasar Aqidah Islamiyah

1. Iman kepada allah swt

Firman Allah swt:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah : 177)

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa : 136)

2. Iman kepada malaikat

Firman Allah swt:

“Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir” (QS. Al Baqarah : 97-98)

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah : 177)

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS. Al Baqarah : 285)

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa : 136)

3. Iman kepada kitab-kitab Allah swt

Firman Allah swt:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah : 177)

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa : 136

4. Iman kepada Rasul

Firman Allah swt:

“Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir” (QS. Al Baqarah : 98)

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa : 136)

5. Iman kepada hari akhir

Firman Allah swt:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah : 177)

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa : 136)

6. Iman kepada Qadha dan Qadar

“yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya” (QS. Al Furqaan : 2)


Peranan Aqidah Islamiyah

1. Merdeka atau lepas dari segala bentuk penghambaan diri kepada segala bentuk thagut (sesembahan selain Allah swt)

Firman Allah swt:

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah." (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali." (QS. Al Mumtahanah : 4)

“Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. Al Kafiruun : 1-5)

2. Memperoleh kemuliaan atau harga diri (‘izzah)

Firman Allah swt:

“Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya." Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” (QS. Al Munaafiquun : 8)

3. Memberikan ketenangan (at-thuma’ninah)

Firman Allah swt:

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’du : 28)

4. Memberikan rasa aman (al-ammu)

Firman Allah swt:

“Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka.” (QS. Al An’aam : 28)

5. Menimbulkan sifat optimis (at-tafaul)

Firman Allah swt:

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf : 87)

6. Memperoleh barakah (al-barakah)

Firman Allah swt:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raaf : 96)

7. Menimbulkan sikap berani (asy-syaja’ah)

Firman Allah swt:

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Taubah : 40)

“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.” (QS. Fushshilat : 3)

8. Mendapatkan kepemimpinan (al-istikhlaaf)

Firman Allah swt:

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nuur : 55)

9. Senantiasa bertawakal kepada Allah swt

Firman Allah swt:

“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS Ali Imraan : 173)


sumber: www.syahadat.com


Senin, April 27, 2009

MENSYUKURI NIKMAT ALLAH


“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 18)

Segala puji bagi Allah swt yang telah melimpahkan nikmat dan anugerah-Nya kepada kita semua. Anugerah yang kita terima serta nikmat yang tiada tara itu merupakan bukti cinta dan kasih sayang Allah swt terhadap kita. Namun, seringkali kita tidak menyadari nikmat-Nya itu hingga kita lupa untuk bersyukur kepada-Nya.

Sebagai manusia, sudah selayaknya kita bersyukur atas nikmat tersebut. Dan dengan bersyukur, berarti kita telah menyadari nikmat yang diberikan Allah swt. Inilah salah satu faktor yang sekiranya akan membuat manusia lebih mencintai Allah swt. Ketika manusia mencintai Allah swt, ia akan semakin merasa dekat dengan Allah swt dan mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Allah swt. Allah swt pun tak segan-segan menambah nikmat-Nya kepada orang yang seperti itu. Sesuai dengan firman-Nya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7)

Allah swt tidak pernah berpaling dari orang-orang yang mencintai-Nya. Begitupun terhadap orang-orang yang membutuhkan-Nya. Maka dari itu, manusia mendapatkan nikmat dari Allah swt harus dengan kesadaran dalam menggunakan nikmat itu agar ia dapat mensyukurinya. Bila ia lupa untuk bersyukur sementara telah banyak nikmat Allah yang datang padanya, maka akan dapat menimbulkan kesombongan dan kecongkakan dalam dirinya. Hal ini dikarenakan ia terlampau larut dalam nikmat tersebut, serta berpikir bahwa nikmat itu akan terus datang padanya. Di dalam Al Quran juga telah dikatakan bahwa, “Ketahuilah, sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.” (QS. Al Alaq: 6-7)

Nikmat yang tidak disyukuri itu justru semakin mencegah manusia untuk mencintai Allah swt. Bagaimana ia bisa mencintai Allah swt bila ia tidak beryukur pada-Nya? Oleh karena itulah Al Quran senantiasa mengingatkan dan menekankan manusia untuk bisa membuka hati dan pikiran agar senantiasa menyadari nikmat-nikmat Allah serta mensyukurinya.

Segala hal yang dijadikan Allah swt di muka bumi ini yang berupa nikmat dan rizki adalah suatu peringatan dari Allah swt. Kesombongan akibat lupa bersyukur hanya akan membawa manusia kepada kejahatan/keburukan. Salah satu jalan untuk mencintai Allah swt adalah dengan bersyukur kepada-Nya. Bila manusia lupa untuk bersyukur, ingatlah selalu bahwa semua itu datangnya dari Allah swt. Ingatkanlah meraka akan jasa-jasa Allah swt. Sungguh apabila kita selalu mengingat Allah swt, kita akan mencintai Allah swt. Allah swt pun akan selalu mencintai kita. Allah swt berfirman: “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)

Sabtu, April 25, 2009

Asmaul Husna


Siapa tak kenal maka tak sayang. Istilah ini sering muncul di dalam pergaulan atau kehidupan sehari-hari. Begitu pula di dalam hubungan manusia dengan Sang Penciptanya. Bila kita berkeyakinan telah mengenal Allah swt, maka tentunya kita tahu dan mengimani nama nama Allah atau Asmaul Husna. Allah swt memiliki nama yang sangat baik dan indah. Asma berarti nama, dan Husna berarti baik atau indah. Jadi, Asmaul Husna adalah nama nama Allah yang baik dan indah.

"Dialah Allah, tidak ada Tuhan/Illah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai asmaaul husna (nama nama Allah yang baik).” (QS. Thaa-Haa:8)

Nama nama Allah banyak terdapat dalam kitab suci Al Quran. Nama nama Allah tersebut juga merupakan doa dan dzikir yang mustajab. Allah swt menyukai orang yang selalu menyebut namaNya. Allah swt berfirman, "Allah memiliki Asmaul Husna, maka memohonlah kepadaNya dengan menyebut nama nama Allah yang baik itu..." (QS. Al A'raaf:180)

Dalam suatu hadits Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, yaitu seratus kurang satu. Barangsiapa menghitungnya, niscaya ia masuk surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits tersebut Rasulullah menerangkan bahwa nama nama Allah jumlahnya ada 99. Berikut ini Asmaul Husna atau nama nama Allah:

  1. Ar-Rahman, artinya Yang Maha Pemurah
  2. Ar-Rahiim, artinya Yang Maha Pengasih
  3. Al-Malik, artinya Maha Raja
  4. Al-Qudduus, artinya Maha Suci
  5. As-Salaam, artinya Maha Sejahtera
  6. Al-Mu’min, artinya Yang Maha Terpercaya
  7. Al-Muhaimin, artinya Yang Maha Memelihara
  8. Al-‘Aziz, artinya Yang Maha Perkasa
  9. Al-Jabbaar, artinya yang Kehendaknya Tidak Dapat Diingkari
  10. Al-Mutakabbir, artinya Yang Memiliki Kebesaran
  11. Al-Khaaliq, artinya yang Maha Pencipta
  12. Al-Baari’, artinya Yang Mengadakan dari Tiada
  13. Al-Mushawwir, artinya Yang Membuat Bentuk
  14. Al-Ghaffaar, artinya Yang Maha pengampun
  15. Al-Qahhaar, artinya Yang Maha Perkasa
  16. Al-Wahhaab, artinya Yang Maha Pemberi
  17. Ar-Razzaq, artinya Yang Maha Pemberi Rezeki
  18. Al-Fattaah, artinya Yang Maha Membuka (Hati)
  19. Al-‘Alim, artinya Yang Maha Mengetahui
  20. Al-Qaabidh, artinyaYang Maha Pengendali
  21. Al-Baasith, artinya Yang Maha Melapangkan
  22. Al-Khaafidh, artinya Yang Merendahkan
  23. Ar-Raafi’, artinya Yang Meninggikan
  24. Al-Mu’izz, artinya Yang Maha Terhormat
  25. Al-Mudzdzill, artinya Yang Maha Menghinakan
  26. As-Samii’, artinya Yang Maha Mendengar
  27. Al-Bashiir, artinya Yang maha Melihat
  28. Al-Hakam, artinya Yang Memutuskan Hukum
  29. Al-‘Adl, artinya Yang Maha Adil
  30. Al-Lathiif, artinya Yang Maha Lembut
  31. Al-Khabiir, artinya Yang Maha Mengetahui
  32. Al-Haliim, artinya Yang Maha Penyantun
  33. Al-‘Azhiim, artinya Yang Maha Agung
  34. Al-Ghafuur, artinya Yang Maha Pengampun
  35. Asy-Syakuur, artinya Yang Menerima Syukur
  36. Al-‘Aliyy, artinya Yang Maha Tinggi
  37. Al-Kabiir, artinya Yang Maha Besar
  38. Al-Hafiizh, artinya Yang Maha Penjaga
  39. Al-Muqiit, artinya Yang Maha Pemelihara
  40. Al-Hasiib, artinya Yang Maha Pembuat Perhitungan
  41. Al-Jaliil, artinya Ynag Maha Luhur
  42. Al-Kariim, artinya Yang Maha Mulia
  43. Ar-Raqiib, artinya Yang Maha Mengawasi
  44. Al-Mujiib, artinya Yang Maha Mengabulkan
  45. Al-Waasi’, artinya Yang Maha Luas
  46. Al-Hakiim, artinya Yang Maha Bijaksana
  47. Al-Waduud, artinya Yang Maha Mengasihi
  48. Al-Majiid, artinya Yang Maha Mulia
  49. Al-Baa’its, artinya Yang Membangkitkan
  50. Asy-Syahiid, artinya Yang Maha Menyaksikan
  51. Al-Haqq, artinya Yang Maha Benar
  52. Al-Wakiil, artinya Yang Maha Pemelihara
  53. Al-Qawiyy, artinya Yang Maha Kuat
  54. Al-Matiin, artinya Yang Maha Kokoh
  55. Al-Waliyy, artinya Yang Maha Melindungi
  56. Al-Hamiid, artinya Yang Maha Terpuji
  57. Al-Muhshi, artinya Yang Maha Menghitung
  58. Al-Mubdi’, artinya Yang Maha Memulai
  59. Al-Mu’id, artinyaYang Maha Mengembalikan
  60. Al-Muhyi, artinya Yang Maha Menghidupkan
  61. Al-Mumiit, artinya Yang Maha Mematikan
  62. Al-Hayy, artinya Yang Maha Hidup
  63. Al-Qayyuum, artinya Yang Maha Mandiri
  64. Al-Waajid, artinya Yang Maha Menemukan
  65. Al-Maajid, artinya Yang Maha Mulia
  66. Al-Waahid, artinya Yang Maha Tunggal
  67. Al-Ahad, artinya Yang Maha Esa
  68. Ash-Shamad, artinya Yang Maha Dibutuhkan
  69. Al-Qaadir, artinya Yang Maha Kuat
  70. Al-Muqtadir, artinya Yang Maha Berkuasa
  71. Al-Muqqadim, artinya Yang Maha Mendahulukan
  72. Al-Mu’akhkhir, artinya Yang Maha Mengakhirkan
  73. Al-Awwal, artinya Yang Maha Permulaan
  74. Al-Aakhir, artinya Yang Maha Akhir
  75. Azh-Zhaahir, artinya Yang Maha Nyata
  76. Al-Baathin, artinya Yang Maha Ghaib
  77. Al-Waalii, artinya Yang Maha Memerintah
  78. Al-Muta’aalii, artinya Yang Maha Tinggi
  79. Al-Barr, artinya Yang Maha Dermawan
  80. At-Tawwaab, artinya Yang Maha Penerima Taubat
  81. Al-Muntaqim, artinya Yang Maha Penyiksa
  82. Al-‘Afuww, artinya Yang Maha Pemaaf
  83. Ar-Ra’uuf, artinya Yang Maha Pengasih
  84. Maalik al-Milk, artinya Yang Mempunya Kerajaan
  85. Zuljalaal wa al-‘Ikram, artinya Yang Maha Memiliki Kebesaran serta Kemuliaan
  86. Al-Muqsith, artinya Yang Maha Adil
  87. Al-Jaami’, artinya Yang Maha Pengumpul
  88. Al-Ghaniyy, artinya Yang Maha kaya
  89. Al-Mughnii, artinya Yang Maha Mencukupi
  90. Al-Maani’, artinya Yang Maha Mencegah
  91. Adh-Dhaarr, artinya Yang Maha Pemberi Derita
  92. An-Naafi’, artinya Yang Maha Pemberi Manfaat
  93. An-Nuur, artinya Yang Maha Bercahaya
  94. Al-Haadii, artinya Yang Maha Pemberi Petunjuk
  95. Al-Badii’, artinya Yang Maha Pencipta
  96. Al-Baaqii, artinya Yang Maha Kekal
  97. Al-Waarits, artinya Yang Maha Mewarisi
  98. Ar-Rasyiid, artinya Yang Maha Pandai
  99. Ash-Shabuur, artinya Yang Maha Sabar

Rahmat Allah swt


Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah swt, yang telah memberikan kita nikmat hidup di dunia ini. Udara yang kita hirup, bumi dan langit yang luas, panca indera yang bermanfaat, makanan dan minuman yang lezat, harta yang melimpah, dan berbagai nikmat lainnya, merupakan rahmat Allah yang harus kita syukuri.

Kita telah diberikan kesempatan oleh Allah swt untuk hidup di dunia hingga detik ini, dengan keadaan sehat wal’afiat, mampu bekerja, dan menikmati hasil kerja keras kita, bukanlah semata karena kehebatan yang ada pada diri kita, tetapi karena rahmat Allah yang diberikan melalui tubuh kita ini. Oleh karena itu, bila kita merasa hebat lalu melupakan Pencipta kita, cepat-cepatlah memohon ampunan kepada Allah swt. Karena ampunan itu datangnya hanyalah karena rahmat Allah swt. Allah swt berfirman, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran:133)

Rahmat Allah adalah kebaikan yang datangnya dari Allah swt. Rahmat Allah tersebut merupakan wujud dari kasih sayang Allah swt terhadap makhluk-Nya. Allah swt memberikan kita berbagai kenikmatan, salah satunya yaitu nikmat islam. Umat Islam yang selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya akan selalu mendapatkan rahmat Allah dan keberkahan yang tiada tara.

Untuk selalu mendapatkan rahmat Allah, seorang muslim haruslah senantiasa mengingat Allah, berdzikir dan menyebut nama Allah dengan ikhlas. Dengan mengharap ridho Allah, seorang muslim yang beriman Insya Allah akan selalu mendapatkan rahmat Allah swt. Betapa besar rahmat Allah kepada kita. Maka siapa yang mengharap mendapat rahmat Allah dan bertemu kepada Tuhan-Nya, maka hendaklah beramal soleh.

Dengan adanya rahmat Allah swt, Rasulullah saw memerintahkan kita untuk bersyukur kepada Allah swt yang telah memuliakan kita dengan rahmat-Nya dan rahmat amal soleh, sebab siapa yang mengharapkan rahmat Allah swt harus beramal mengikut petunjukNya untuk mencapai rahmat Allah swt. Allah swt berfirman: "Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat pada orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al A’raf:56)

Berikut ini beberapa hadits mengenai rahmat Allah:

Dari Abu Hurairah ra berkata: "Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, "Rahmat Allah terdapat dalam seratus bagian, maka ditahan pada-Nya yang sembilan puluh sembilan dan diturunkan di bumi satu bagian, maka dengan satu bagian itu masing-masing makhluk berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya karena kuatir menginjak anaknya." (HR. Muslim)

Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah mempunyai seratus rahmat, diturunkan ke bumi hanya satu rahmat untuk penduduk dunia, maka mencukupi hingga habis ajal mereka, dan Allah akan mencabut rahmat itu yang satu pada hari kiamat untuk menggenapkan pada yang sembilan puluh sembilan, untuk diberikannya kepada para wali dan ahli taat kepada-Nya." (HR. Muslim)

Dari abu hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw bersabda,” Tatkala Allah menciptakan makhluk, Ia menulis pada suatu kitab, kitab itu berada di sisi-Nya di atas Arasy, bertuliskan: Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku (HR. Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: ”Tidak seorang pun di antara kalian yang akan diselamatkan oleh amal perbuatannya. Seorang lelaki bertanya: Engkau pun tidak, wahai Rasulullah? Rasulullah saw menjawab: Aku juga tidak, hanya saja Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku, akan tetapi tetaplah kalian berusaha berbuat dan berkata yang benar.” (HR. Muslim)

Cantik ala Islam


Setiap orang selalu ingin tampil cantik dan menawan di setiap waktu. Tak hanya kaum wanita, kaum laki-laki pun rela menghabiskan waktunya untuk aktivitas perawatan tubuh demi mendapatkan penampilan yang diinginkan. Mempercantik penampilan fisik/jasmani memang tidak ada salahnya, karena sangat manusiawi sifatnya. Allah swt pun Maha Indah dan mencintai keindahan.

Seringkali kita pun melakukan berbagai perawatan dengan menghabiskan biaya yang cukup besar. Saking inginnya tampil cantik dengan kulit yang mulus dan tubuh yang ideal, banyak pula orang yang berlebihan sampai merubah ciptaan Allah swt, padahal itu dilarang. Dalam suatu hadits, Rasulullah saw bersabda: "Allah melaknat wanita-wanita yang mentato dan yang meminta untuk ditatokan, yang mencukur (menipiskan) alis dan yang meminta dicukur, yang mengikir gigi supaya kelihatan cantik dan merubah ciptaan Allah." (HR Muslim).

Memang kita terkadang lupa, bahwa penampilan fisik itu bukanlah segala-galanya. Kecantikan fisik akan memudar seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia. Namun, ada satu cara agar kita tetap terlihat cantik, bahkan hingga akhir hayat kita. Yaitu dengan menjaga kecantikan rohani yang bersumber pada hati.

Bagaimanakah hati yang akan menampilkan kecantikan fisik seseorang? Hati itu haruslah bersih dan jauh dari segala penyakit hati seperti iri, dengki, dendam, riya, ujub, takabur, dan sebagainya. Hati memang sangat berperan besar pada kecantikan jasmani dan rohani manusia. Rasululah saw bersabda: ''Ketahuilah di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh perbuatannya. Dan, apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh perbuatannya. Ketahuilah itu adalah hati.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian, hati itu berpengaruh bagi kepribadian dan tingkah laku seseorang. Hati yang senantiasa bersih dan cantik akan selalu memancarkan hal yang sama pula. Karena seluruh pikiran, perkataan, dan perbuatan manusia merupakan akhlak yang berdasarkan hatinya. Oleh karena itu, lebih baik kita berlomba-lomba mempercantik diri dengan akhlak mulia daripada menghabiskan banyak waktu dan uang hanya untuk kecantikan fisik. Selain itu, perbanyak amal saleh dan menjauhi segala bentuk perbuatan maksiat.

Marilah kita mempercantik diri kita, baik secara lahiriah sesuai dengan syariat Islam maupun kecantikan rohani yang berasal dari hati. Cantik dari dalam hati adalah yang terpenting, karna dari dalam hati yang bersih, akan tampak sinar/cahaya pada wajah, kekuatan tubuh, serta kelimpahan rahmat dan ridho Allah swt.

Jumat, April 24, 2009

TIPS NYAMAN BERJILBAB


Jilbab atau kerudung adalah pakaian yang diwajibkan bagi muslimah. Bukan sekedar penutup kepala, namun jilbab yang dikenakan harus sesuai dengan syariah. Yaitu jilbab yang menutupi tubuh hingga bagian dada dan tidak transparan. Begitupun dengan busananya, harus dihindari pakaian yang ketat dan tidak memperlihatkan lekuk tubuh. Sebagaimana firman Allah swt: Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (Qs. Al Ahzab: 59)

Memakai jilbab tidaklah merepotkan. Meski iklim tropis di Indonesia membuat cuaca cenderung panas, namun tak akan menyurutkan niat seorang muslimah yang taat untuk tetap istiqomah di jalan Allah. Untuk itu, berikut ini tips-tips agar para muslimah tetap nyaman dan cantik dalam aktivitas sehari-sehari dengan berjilbab.

  • Pilihlah jilbab dengan bahan yang ringan, tidak panas, serta bentuk yang praktis supaya tetap merasa adem dan tidak repot.
  • Agar rambut tidak nampak/keluar ataupun jilbab yang dikenakan tipis, gunakan kerudung dalaman. Bisa juga menggunakan bandana. Untuk kerudung dalaman, bisa disesuaikan warnanya dengan jilbab luar.
  • Jika ingin memakai bergo/jilbab langsung, gunakan yang sesuai dengan bentuk wajah. Sebaiknya diperhatikan jenis bergo/jilbab langsung, yaitu harus tetap yang lebar dan panjang hingga dada.
  • Gunakan jilbab sesuai dengan acara yang hendak dihadiri. Bila hendak bekerja ataupun pemakaian sehari-hari, bisa dengan jilbab sederhana tanpa aksesoris yang berlebihan.
  • Agar tetap cantik, warna jilbab dapat disesuaikan dengan warna busana, atau juga dengan warna yang senada.

sumber: www.syahadat.com

DALIL JILBAB


Quran

"Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan pehiasaannya kecuali yang biasa nampak dari pandangan. Dan hendaklah mereka menutupkan kainkerudung ke dadanya, dan jangan- lah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau keapda ayah mereka, atau putra-putra mereka, atau saudara- saudara mereka, atau putra-putra suami mereka, atau wanita- wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan- pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap kaum wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat kaum wanita. dan janganlah mereka memukul kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung". (Qs. An Nur : 31)

Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istri engkau, anak-anak engkau yang perempuan dan perempuan-perempuan orang-orang yang beriman, supaya mereka menutup tubuhnya dengan baju dalamnya (ketika mereka berjalan ke luar). (Dengan) demikian itu mereka lebih patut dikenal dan (karena itu) mereka tidak diganggu. Dan Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang. QS. Al - Ahzab (33): 59


Hadits

Dari Khalid bin Duraik, dari Aisyah ra Asma' binti Abu Bakar ra, pernah berkunjung kepada Rasulullah saw memakai pakaian tipis. Maka Rasulullah saw berpaling dari padanya seraya bersabda: "Wahai Asma', sesungguhnya wanita apabila telah baligh, tidak benar terlihat dari padanya kecuali ini... dan ini...". Beliau memberi isyarat kepada wajah dan kedua tangannya.

Diriwayatkan dari Ummu ‘Athiah ra, bahwa Rasulullah saw berkata : “Rasulullah SAW memerintahkan kami agar keluar (menuju lapangan) pada saat hari raya Iedul Fitri dan Iedul Adha, baik ia budak wanita, wanita yang haidh, maupun yang perawan?آ Adapun bagi orang-orang yang haidh maka diperintahkan menjauh dari tempat shalat, namun tetap boleh menyaksikan kebaikan dan seruan kaum muslimin?آ Lalu aku berkata: Wahai Rasulullah SAW salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab?آ Maka Rasulullah saw menjawab: ‘Hendaklah saudaranya itu meminjamkan jilbabnya.”

“Pada akhir ummatku nanti akan muncul kaum laki-laki yang menaiki pelana seperti layaknya kaum laki-laki, mereka turun kemasjid-masjid, wanita-wanita mereka berpakaian tetapi laksana telanjang, diatas kepala mereka (ada sesuatu) seperti punuk unta yang lemah gemulai. Laknatlah mereka, karena sesungguhnya mereka adalah wanita-wanita yang terlaknat” (HR. Ahmad)

“Semoga Allah merahmati wanita Muhajirin yang pertama yang tatkala Allah swt menurunkan ayat:”Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedada mereka..”mereka lantas merobek kain tak berjahit (muruth) yang mereka kenakan itu, lalu mereka berkerudung dengannya (dalam riwayat lain disebutkan: Lalu merekapun merobek sarung-sarung mereka dari pinggir kemudian mereka berkerudung (berjilbab) dengannya” (HR. Bukhari dan Abu Dawud)

"Hendaklah mereka itu mengeluarkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". (Qs. Al Ahzab : 59)

"Nabi saw melaknat laki-laki yang mengenakan pakaian wanita, dan seorang wanita yang mengenakan pakaian laki-laki". (HR. Abu Dawud dan An Nasai).

"Siapa yang meniru suatu kaum, maka ia berarti dari golongan mereka". (HR. Ahmad)


sumber: www.syahadat.com

JILBAB


Bila diibaratkan, wanita yang berjilbab dengan wanita yang tidak berjilbab itu seperti dua buah roti yang bermerek sama namun dengan cover atau bungkus yang berbeda. Duah buah roti sama-sama bermerek "X" misalnya. Roti "X" yang pertama dibiarkan terbuka, dijual dipinggiran jalan, yang setiap orang dapat dengan mudah melihatnya secara langsung, bahkan meraba atau mencicipinya pun mudah. Untuk roti "X" yang pertama ini, lalatpun pasti mudah untuk hinggap. Roti "X" yang kedua dibungkus dan dikemas dengan plastik bersih, rapat, indah, dan rapi. Kemudian tempat penjualannyapun ditempatkan di dalam lemari kaca, yang nggak setiap orang dapat menyentuhnya. Diantara kedua roti tersebut, kalau kita disuruh memilih, tentunya pilih roti "X" yang kedua, karena tertutup dengan rapat dan bersih, tentunya kita pun yakin bahwa roti ini belum pernah dicicipi orang lain sebelumnya. Sedangkan roti "X" yang pertama, meragukan, lalat saja mudah hinggap.

Itulah sebenarnya salah satu peranan jilbab bagi para wanita muslimah, agar lebih terjaga. Sedangkan tujuan utamanya tentunya tetap saja sebagai bentuk ketakwaan kepada Allah swt.

Kurang lebih, seperti kedua roti yang bermerek sama itulah islam memandang dan memperlakukan wanita, antara yang berjilbab dan yang tidak menggunakan jilbab. Meskipun pada dasarnya mereka sama, sesama wanita atau bahkan sesama muslimah. Namun, wanita yang berjilbab adalah wanita yang memiliki kedudukan lebih terhormat dari wanita yang tidak berjilbab. Karena, wanita berjilbab senantiasa menyembunyikan auratnya dari mereka yang tidak berhak untuk melihat atau bahkan menyentuhnya.

Jilbab, pada saat ini keadaannya memang seolah dijadikan sebagai sebuah permasalahan yang biasa-biasa saja. Bahkan, sampai saat ini masih ada saja orang tua yang melarang anaknya untuk mengenakan jilbab, padahal mereka sendiri mengaku sebagai keluarga muslim, lalu kenapa aturan islam secara tegas mereka langgar bahkan mereka haramkan. Allah swt dan Rasulullah saw padahal telah secara tegas menyampaikan masalah kewajiban menggunakan jilbab ini kepada umat manusia, khususnya umat muslim. Tapi tetap saja, samapi saat ini masih banyak wanita-wanita muslim yang membangkang dari perintah menggunakan jilbab ini.

Di sisi lain, ada pula yang katanya mengenakan jilbab, namun yang mereka maksud dengan jilbab adalah sebatas pembungkus kepala saja, tidak lebih. Pembungkus kepala yang ukurannya sempit, dengan pakaian yang juga super sempit. Padahal Allah telah memerintahkan untuk menjulurkan jilbabnya ke dadanya. Tapi nyatanya apa? Para jilbaber seksi menggunakan pakaian yang juga seksi, bukan menjulurkan jilbab ke dadanya, tapi justru menonjolkan bentuk dadanya. Apa sih sebenarnya yang menghalangi mereka untuk mengenakan jilbab yang sesuai dengan syariat islam? Apakah mereka takut kalau lelaki tidak dapat melihat bentuk tubuh mereka? Atau mereka takut kehilangan kesempatan untuk mengatakan "Ini loh dada gw?" (Maaf). Kalau tidak demikian, lalu adakah alasan lain yang tepat untuk membenarkan pelanggaran mereka atas perintah berjilbab ini?

Ada sebagian orang yang melontarkan jawabannya, "Alah! Yang berjilbab aja banyak yang nyolong, banyak yang nyopet, banyak yang nipu, banyak yang jadi rentenir...Yang penting mah hatinya!". Apakah perintah berjilbab itu datangnya dari mereka, sehingga kita berkiblat pada mereka? Dan kalau memang demikian pendapat mereka, lalu apakah sedikit perempuan yang tidak berjilbab yang jadi PSK, germo, rentenir, copet, dan lain-lain? Mereka lebih banyak. Kenapa kita selalu mencari-cari keburukan wanita yang berjilbab namun imamnnya belum mantap? Kenapa kita menjadikan wanita-wanita yang menjadikan jilbab hanya untuk tameng kejahatan mereka sebagai pedoman hidup kita? Justru, dengan adanya pihak-pihak yang berusaha untuk menjatuhkan citra jilbab itulah, maka kita harus bangkit dan mengharumkan nama jilabab, bukan malah ikut menginjak-injaknya. Kalau kita mengatakan "Yang penting mah hatinya!", lalu apakah bisa dikatakan seorang pemabuk, pembunuh, pemerkosa itu baik? Yang penting kan hatinya, bukan perbuatannya! Kalau sudah demikian pendapatnya ya rusaklah semuanya, bisa-bisa, pembunuh juga akan dibilang baik, karena yang penting kan hatinya. Satu hal yang penting adalah bahwa sikap, perbuatan, perilaku, adalah cerminan dari hati seseorang.

Ada pula alasan yang mengatakan bahwa menggunakan jilbab itu ribet, repot, tidak bisa bergerak dengan leluasa. Emang jilbab menghalangi apanya? Anda toh tidak disuruh berperang seperti perempuan-perempuan berjilbab pada masa dahulu yang juga turun ke medan perang! Anda hanya memasak,mengurus anak, atau kuliah, atau bekerja, lalau dimana letak merepotkannya? Coba kita buka mata kita lebar-lebar, di luar sana banyak sekali wanita-wanita muslimah berjilbab besar dan syari yang menjadi ibu rumah tangga, bekerja, sekaligus kuliah. Banyak jilbaber besar yang aktif diorganisai-organisasi yang membutuhkan banyak sekali energy dan gerak fisik. Mereka bisa dan tidak merasa direpotkan, justru mereka sangat menjaganya.

Kalau kita merasa bahwa dengan berjilbab akan membuat kita sulit untuk mendapatkan pekerjaan, maka ingatlah bahwa Allah Maha Kaya. Allah Yang Mengatur rizki. Allah akan memberikan yang terbaik untuk hamba-hambanya yang beriman dan bertakwa.


sumber: www.syahadat.com


UNTUK MUSLIMAH


Wanita muslimah adalah dambaan setiap pria. Jangankan pria muslim yang taat, seorang pria yang pengetahuan agamanya minim pun mendambakan untuk dapat menikah dengan seorang wanita muslimah. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar, mengingat wanita muslimah mampu menjadi penyejuk hati.

Untuk menjadi wanita muslimah mungkin tidak mudah, bagi sebagian wanita. Namun jika niat yang dimiliki kuat dan selalu berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Muhammad saw, maka menjadi seorang wanita muslimah tidaklah sesulit yang dibayangkan. Jika seorang wanita terus berpegang teguh pada syariat agama islam, insya Allah dengan sendirinya, bahkan tanpa disadarinya, ia akan termasuk ke dalam golongan wanita muslimah.

Untuk para wanita, berikut ini ada beberapa nasehat yang dapat direnungkan dan dilaksanakan dalam upaya menjadi seorang wanita yang muslimah:

Pertama: Wanita Muslimah senantiasa beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Rabbnya, percaya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagai Nabinya, dan percaya Islam sebagai agamanya. Dan tampak wujud iman itu dalam perkataan, amalan dan i’tiqad. Dia senantiasa waspada, menjauhi murka Allah dan takut pada kepedihan adzab-Nya serta menjauhi apa-apa yang menyelisihi perintah-Nya.

Kedua: Wanita Muslimah senantiasa menjaga shalat lima waktu dengan wudhunya dan khusu’nya serta memperhatikan waktunya. Kesibukan tertentu tidak menjadikan shalat terabaikan. Kesenangan tertentu tidak sampai melalaikan ibadah. Sehingga tampaklah padanya dampak dari penghayatan shalat. Karena sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dan shalat juga merupakan benteng yang besar dari kemaksiatan.

Ketiga: Wanita Muslimah senantiasa menjaga dan memelihara hijab. Merasa senang hati dan mulia dengan busana muslimah itu. Dia tidak keluar kecuali selalu menutup auratnya dan memohon perlindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan dia bersyukur kepadaNya atas kemulian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hijab tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga telah menjaga dan menginginkan kesucian dirinya. Allah berfirman:"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke tubuhnya”(al-Ahzab: 59)

Keempat: Wanita Muslimah senantiasa bersemangat untuk menjalankan ketaatan pada suaminya, bersikap lemah lembut terhadapnya, menyayanginya, dan mendorongnya kepada kebaikan, memberi nasehat kepadanya dan menjadikan sang suami bisa beristirahat. Dia tidak meninggikan suara terhadapnya dan tidak menyakiti dalam kata-kata.

Telah tersebut di dalam riwayat yang shahih bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:"Apabila seorang wanita shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadlan dan taat pada suaminya niscaya dia masuk surga Rabbnya." (HR. Ahmad dan Thabarani).

Kelima: Wanita Muslimah senantiasa mendidik anak-anaknya untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengajarkan pada mereka aqidah yang benar, menanamkan pada hati mereka kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kecintaan pada Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, serta menjauhkan mereka dari kemaksiatan dan akhlaq yang tercela. Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (At-Tahrim:6)

Keenam: Wanita Muslimah tidak berduaan di tempat sepi dengan laki-laki asing (bukan mahram).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: "Tidaklah seorang perempuan bersepi-sepi dengan seorang laki-laki kecuali setan menjadi yang ketiganya." (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Al-Hakim)

Ketujuh: Wanita Muslimah tidak menyerupai laki-laki pada perkara yang khusus bagi laki-laki.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : "Allah melaknat orang laki-laki yang menyerupai wanita dan para wanita yang menyerupai laki-laki." (Hadits shahih).

Dan jangan sampai menyerupai perempuan-perempuan kafir pada ciri khas mereka dalam hal pakaian, gerak-gerik, dan tingkah laku, dan lainnya.

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: "Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk mereka." (HR. Ahmad, Abu Dawud dan lainnya)

Kedelapan: Wanita Muslimah sebagai seorang da’i yang menyeru menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala di barisan perempuan dengan bahasa yang baik, dengan berkunjung ketetangga, dengan menelpon saudari-saudarinya, dengan kitab-kitab kecil dan kaset-kaset Islami. Dia juga melakukan apa yang ia katakan, dan giat untuk menyelamatkan diri dan saudarinya dari adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : "Sesungguhnya bila Allah memberikan hidayah kepada satu orang lantaran anda, itu lebih baik bagi anda daripada harta yang termahal." (HR. Bukhari dan Muslim).

Kesembilan: Wanita Muslimah senantiasa menjaga hatinya dari perkara syubhat (yang samar) dan syahwat serta menjaga matanya dari perkara yang haram. Menjaga telinganya dari musik, perkataan cabul/jorok dan dosa. Menjaga anggota tubuh seluruhnya dari penyimpangan. Dan mengetahui bahwa yang demikian ini adalah taqwa.

Sabda Rasulullah: "Malulah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Barangsiapa yang malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya niscaya dia akan menjaga kepala dan apa yang ada di dalamnya dan (menjaga) perut dan apa yang dimuatnya. Dan barangsiapa yang mengingat kematian dan kebinasaan, dia akan meninggalkan perhiasan kehidupan dunia." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Hakim).

Kesepuluh: Wanita Muslimah memelihara waktunya agar tidak terbuang sia-sia, menjaga siang hari atau malamnya agar tidak berantakan. Dia menjauhkan diri dari ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), ataupun mencaci, dan hal-hal yang tidak berguna lainnya. Allah berfirman: Dan jauhilah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai permainan dan senda gurau dan mereka telah terpedaya dengan kehidupan dunia. (Al-An’am:70)


Wahai para wanita muslim, berlombalah kalian untuk menjadi seorang wanita muslimah yang sebenar-benarnya. Semoga Allah subhanahu wata’ala membimbing kita semua…..

AMIN……………


sumber: www.syahadat.com