Kamis, Mei 14, 2009

Rasulullah saw adalah Suami Teladan


Suami adalah nakhoda yang akan menentukan kemana biduk rumah tangga akan berlayar dan akhirnya berlabuh. Suami adalah pemimpin dalam keluarga, pemimpin bagi isteri-isterinya, dan pemimpin bagi anak-anaknya. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang senantiasa memperjuangkan siapa yang dipimpinnya dan senantiasa menjadi contoh atau teladan yang baik bagi mereka yang dipimpinnya.

Dengan kata lain, suami yang baik adalah suami yang senantiasa mengutamakan kepentingan keluarga dan mampu menjadi teladan yang baik bagi anak dan isterinya. Menjadi suami yang otoriter, suka bermalas-malasan, emosional, mudah menyerah, adalah beberapa ciri dari seorang suami yang tidak mampu menjadi teladan bagi anak dan isterinya.

Untuk menjadi seorang suami yang baik, tentunya kita dapat melihat kembali bagaimana seorang Rasulullah saw dalam berkeluarga dan memperlakukan isteri-isterinya. Aisyah telah berkata bahwa “ Akhlak Rasulullah saw adalah Al Quran”, maka tidak ada lagi keraguan bagi umat islam untuk meneladani segala sifat dan gaya hidup beliau, termasuk untuk menjadi seorang suami teladan.

Kemuliaan akhlak dan budi pekerti Rasulullah saw memang sudah tampak sejak beliau berada pada usia remaja. Rasulullah saw pertama kali memijakkan kakinya pada biduk rumah tangga ketika bekiau berusia 25 tahun. Pada usia muda inilah Rasulullah saw menikahi Siti Khadijah binti Khuwailid, dan mulai menggeluti kehidupan rumah tangga dengan tentram.

Selama hidupnya, Rasulullah saw adalah seorang lelaki mulia yang senantiasa menghormati kaum wanita, termasuk isteri-isteri beliau. Begitu hormatnya Rasulullah saw kepada kaum hawa hingga dalam salah satu sabdanya beliau mengatakan, “Tidaklah orang yang memuliakan wanita kecuali orang yang mulia; dan tidaklah yang menghinakannya kecuali orang yang hina.”.

Salah satu kewajiban bagi seorang suami adalah menghormati isterinya. Hal ini juga telah banyak disebutkan di dalam Al Quran. Mungkin kita tidak mendapatkan kata-kata dalam Al-Quran yang mengharuskan untuk berbuat baik dalam menggauli istri, baik dalam keadaan marah atau tidak. Namun, di dalam Al Quran kita dapat menemukan penekanan atas kewajiban berbuat ma’ruf dan ihsan terhadap istri dan dilarang menyakiti atau menyiksanya. Dan hal inilah yang senantiasa dipegung teguh oleh Rasulullah saw dalam menyikapi isteri-isterinya.

Suatu ketika, datanglah seorang wanita kepada Rasulullah saw dan mengadu kepada beliau bahwa suaminya telah memukul dirinya. Mendengar penuturan wanita tersebut, Rasulullah saw pun berdiri dan menolak perlakuan tersebut dengan bersabda, “Salah seorang dari kamu memukuli istrinya seperti memukul seorang budak, kemudian setelah itu memeluknya kembali, apakah dia tidak merasa malu?”. Itulah salah satu bentuk bukti bahwa Rasulullah saw adalah kekasih Allah swt yang sangat menghormati wanita, hingga ia menolak tindak kekerasan terhadap wanita ataupun isteri-isteri.

Rasulullah saw pun pernah didatangi oleh 70 orang wanita yang mengadu bahwa mereka telah dipukuli oleh suami mereka. Hal tersebut tersebut terjadi setelah Rasulullah saw mengizinkan pemukulan terhadap isteri dengan pukulan yang tidak membahayakan, dan setelah diberi nasihat serta ancaman secukupnya. Menanggapi penuturan ke-70 orang wanita tersebut, Rasulullah saw kemudian berpidato dan berkata, “Demi Allah, telah banyak wanita berdatangan kepada keluarga Muhammad untuk mengadukan suaminya yang sering memukulnya. Demi Allah, mereka yang suka memukul istri tidaklah aku dapatkan sebagai orang-orang yang terbaik di antara kamu sekalian.”.

Sebagai pemimpin umat, Rasulullah saw telah memberikan keteladanan yang sangat sempurna bagi para pengikutnya dalam segala bidang, termasuk dalam berumah tangga. Rasulullah saw adalah seorang suami yang suka bercanda dan bergurau dengan istri-istrinya. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa beliau balapan lari dengan Aisyah, terkadang beliau dikalahkan dan pada hari lain beliau menang.

Dalam hal berumah tangga, Rasulullah saw adalah seorang lelaki yang senantiasa mencontohkan kasih sayang dan kelembutan terhadap isteri. Kasih sayang dan kelembutan seorang suami terhadap isteri-isterinya adalah sebagai salah satu bentuk relfeksi dari sebaik-baik orang mukmin. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah saw yang artinya, “Orang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya dan paling lembut pada keluarganya.” Dalam hadits lain yang masih senada, Rasulullah saw juga berkata, “Sebaik-baik di antara kamu adalah yang paling baik pada keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.”.

Sebagai manusia yang sempurna, Rasulullah saw telah banyak sekali memberikan teladan yang sangat baik dalam berkeluarga. Beberapa contoh teladan yang dapat kita ambil dan amalkan dalam berkeluarga adalah

  • Senantiasa menghormati sang istri.
  • Selalu menampakkan sikap lembut.
  • Penuh kasih sayang.
  • Tidak mengkritik hal-hal yang tidak berguna untuk dikritik.
  • Memaafkan kekeliruan isteri.
  • Memperbaiki kesalahan isteri dengan sikap lembut dan penuh kesabaran.
  • Bila ada waktu senggang beliau ikut membantu istrinya dalam mengerjakan kwajiban rumah tanggannya. Sebagaimana penuturan Aisya ra. ketika beliau ditanya mengenai apa yang dilakukan Rasulullah saw di rumahnya. Aisyah ra. kemudian menjawab, “Rasulullah mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, dan bila datang waktu shalat, dia pergi shalat.”.

Itu hanyalah sekelumit yang kami petikkan dari keteladanan Rasulullah saw dalam berkeluarga dan menghormati isteri-isteri beliau. Tentunya masih banyak lagi contoh-contoh teladan lain yang terdapat dalam kehidupan Rasulullah saw.

Rasulullah saw adalah sosok suami yang paling ideal, sehingga untuk meneladani beliau bukanlah hal yang patut diragukan lagi. Sikap lapang dada dan toleransi beliau terhadap isteri begitu tinggi. Sehingga kemarahan dan emosi isteri-isteri beliau tidak membuatnya hilang kendali. Beliau menyadari bahwa emosional dan memberontak adalah salah satu bentuk kejiwaan yang memang sudah terdapat di dalam jiwa setiap wanita.

Rasulullah saw senantiasa berupaya untuk memberikan pemahaman melalui keteladanan beliau kepada umatnya akan peranan rumah tangga dalam kehidupan umat muslim. Rumah tangga merupakan titik tolak terciptanya kehidupan atau masyarakat yang Robbani. Untuk itu, kehidupan rumah tangga haruslah dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang, canda, kelapangan hati, dan kebahagiaan. Dan bila terpaksa harus bertindak tegas, Rasulullah saw selalu melakukannya dengan disertai kelembutan dan kerelaan. Beliau mengajarkan bahwa sikap keras dan tegas itulah yang akan menjadi penawar atas keburukan dalam diri wanita, sedangkan kelembutan dan kasih sayang akan menjadi penawar bagi kelemahan dan kelembutan dalam dirinya. Dari lingkup rumah tangga itulah, maka kehidupan umat manusia yang bernilai islami akan terwujud.

Begitulah Rasulullah saw dalam memperlakukan keluarga dan isteri-isterinya. Beliau senantiasa menjaga hak-hak isterinya dengan penuh kesungguhan dan kepastian. Beliau senantiasa menjaga segala bentuk kewajiban yang harus di lakukan oleh seorang suami kepada isterinya. Maka sekali lagi lagi, sangat patutlah jika beliau, Rasulullah saw mendapat sebutan seorang suami teladan bagi seluruh umat manusia.

Marilah kita menjadi seorang suami yang seperti apa yang telah diteladankan oleh Rasulullah saw, karena sesungguhnya di dalam diri Rasulullah saw itu terdapat suri tauladan yang baik.

Wallahua’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar