Kamis, April 30, 2009

Allah swt Tempat Kembali Yang Pasti


“Hidup”, ibarat tidur siang yang hanya sesaat, sedangkan “mati” adalah perjalanan panjang dan tiada henti. Maka tidaklah heran jika berbagai mimpi memenuhi kehidupan ini, dan silahkan bermimpi karena kehidupan adalah alam mimpi. Ketika seseorang mengalami kematian, maka ia telah memasuki garis start dari sebuah perjalanan panjang yang abadi, penuh dengan pertanggung jawaban yang tidak dapat dibohongi.

Kehidupan ini mengenal sebuah sifat yang sudah sangat populer dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah sifat kehidupan yang penuh dengan pembelajaran,namun banyak dilupakan, yaitu sifat “datang dan pergi”. Datang dan pergi merupakan sifat kehidupan yang terus saling mengiringi. Datang dan pergi merupakan salah satu sunnatullah yang tidak dapat diganggu gugat lagi dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Segala sesuatu yang telah datang ke dunia, masing-masing pasti telah ditentukan masanya untuk pergi meninggalkan dunia ini kembali. Karena kehidupan ini hanyalah sandiwara sesaat, yang akan menghilang dalam sekejap manakala nyawa tinggalkan hayat. Yang tersisa hanyalah permintaan pertanggung jawaban atas segala peranan yang telah dimainkan selama menjalani sandiwara dunia. Maka, mainkanlah peranmu sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan-Nya.

Datang dan perginya segala sesuatu di dunia ini adalah takdir Allah swt yang telah tertulis di dalam kitab Lauh Mahfuzh. Yang datang, pasti akan pergi, tidak ada yang abadi. Setiap makhluk bernyawa pasti akan mati, dan setiap benda mati pasti akan hancur (musnah).

"Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan." (Qs. Al Ankabut :57)

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (QS. Al hadiid : 22 - 23).

Maka tidak patutlah bagi seorang muslim yang beriman, manakala kehilangan sesuatu yang ia miliki kemudian berduka tiada henti. Tidak layak bagi seorang muslim beriman untuk meratapi kepergian orang-orang yang ia kasihi. Karena semua itu adalah takdir Allah swt yang tidak boleh untuk disesali.

Allah swt telah menetapkan batasan waktu bagi segala sesuatu tanpa terkecuali, kapan sesuatu itu hidup dan kapan sesuatu itu akan mati pula, kapan sesuatu itu terbentuk dan kapan sesuatu itu akan hancur pula. Tidak ada yang abadi, semuanya pasti akan pergi.

Allah swt Maha Mengetahui, dan sebaik-baik pemberi ganti. Allah swt Sang Pemilik Ilmu yang tiada batas dan tiada tandingannya, Allah swt mengetahui segala yang terbaik dan yang buruk bagi hambanya. Maka janganlah seorang muslim tenggelam dalam duka atas musibah yang menimpanya. Karena Allah swt lebih mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Jika Allah swt telah memutuskan untuk memanggil seseorang yang kita sayangi, mungkin memang itulah yang terbaik baginya.

Dalam Shahih-nya, Imam Muslim meriwayatkan dari Ummu Salamah, bahwasanya
ia berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang ditimpa suatu musibah, lalu dia mengatakan apa yang diperintahkan Allah, Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala karena musibah ini, dan gantikanlah untukku sesuatu yang lebih baik darinya. kecuali akan Allah akan memberikannya ganti yang lebih baik.”

Hadits di atas menyatakan bahwa barang siapa yang mendapat ujian atau musibah dari Allah swt, kemudian ia tawakal atau berserah diri kepada Allah swt, maka niscaya Allah swt akan menggantikannya dengan pemberian yang lebih baik lagi. Dan jika memang Allah swt tidak memberikan penggantinya, maka yakinlah bahwa Allah swt telah mengetahui bahwa hal tersebutlah yang terbaik bagi kita.

Sesungguhnya, manusia adalah makhluk yang lemah dan dhoif, yang tidak ada daya dan upaya kecuali atas kehendak Allah swt. Untuk itu, senantiasa memohonlah kepada Allah swt agar senantiasa diberikan kekuatan, kesabaran, dan ketabaan dalam menyikapi segala sesuatu yang pergi dan meninggalkan kita. Tidak perlu merasa lemah dan bersedih hati, karena insya Allah, Allah swt senantiasa menyertai orang-orang yang senantiasa bertakwa dan bertawakal kepada-Nya.

Setiap makhluk hidup yang bernyawa, kini tengah menunggu masing-masing gilirannya, termasuk di dalamnya adalah kita. Usia kita tengah menunggu masa berakhirnya, dan malaikat pencabut nyawa tengah berjalan semakin dekat di ubun-ubun kita. Untuk itu, marilah kita mempersiapkan diri untuk perjalanan abadi yang tiada henti, perjalanan untuk bertemu dengan Zat yang Maha Sempurna, Allah swt.

Wallahua’lam

www.syahadat.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar